Megawati Diserang Gaib? Kisah Mistis di KLB PDI 1993 yang Bikin Merinding

Wakos Reza Gautama Suara.Com
Minggu, 01 September 2024 | 08:30 WIB
Megawati Diserang Gaib? Kisah Mistis di KLB PDI 1993 yang Bikin Merinding
Ilustrasi Ketum PDIP Megawati Soekarnoputeri. Kisah mistis di balik KLB PDI tahun 1993. [Tangkapan layar akun YouTube PDIP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam sejarah perjalanan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Kongres Luar Biasa (KLB) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, adalah kongres terpanas.

Digelarnya KLB pada 2-6 Desember 1993 merupakan buntut dari macetnya pemilihan Ketua Umum PDI (saat itu PDIP masih bernama PDI) di Kongres IV di Medan, Sumatera Utara, Juli 1993.

Di KLB inilah nama Megawati Soekarnoputri mencuat sebagai Calon Ketua Umum PDI. Dukungan arus bawah mengalir deras untuk putri sang Proklamator itu. 

Namun sosok Megawati tidak disukai rezim Presiden Suharto. Pemerintah punya calonnya, sendiri, yaitu Budi Harjono. Dengan melibatkan militer, pemerintah berupaya menggagalkan Megawati naik ke kursi Ketua Umum PDI. 

Baca Juga: Pramono Anung-Rano Karno Buka Pintu untuk Anies jika Mau Jadi Timses di Pilkada Jakarta

Belakangan KLB ini juga berakhir deadlock walau Megawati secara de facto sudah terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Saking kerasnya KLB ini, sempat diwarnai cerita mistis. 

Panda Nababan, pelaku sejarah KLB PDI di Surabaya, menceritakan ketika kongres sedang berlangsung, datang seorang ibu membawa buntalan yang diikat selendang. Ibu itu mengaku datang dari desa yang sangat jauh di Jawa Timur. 

Kepada Panda, ibu itu memberitahu bahwa ada banyak kekuatan gaib yang mencoba menyerang Megawati. Untuk mengamankan Mega dari serangan gaib itu, sang ibu memberikan buntalan tersebut sebagai pagar pengaman. Buntalan itu harus ditaruh di bawah bantal Megawati. 

Panda yang menerima buntalan itu tidak memberikannya ke Megawati. Dia tahu Megawati adalah orang yang tidak percaya pada hal mistis. Ditaruhlah buntalan itu di laci atas filling cabinet di posko pemenangan Mega.

Sejak itu kata Panda, Tim Garuda, yang merupakan tim sukses Megawati, malah sering terlibat konflik satu sama lain. 

Baca Juga: Rampung Tes Kesehatan untuk Pilkada Jakarta, Pramono Anung Disetrum hingga Kesulitan Jawab Psikotes

"Saat itu suasana kongres semakin memanas. Anehnya, kami yang berada dalam satu tim bukannya kompak tapi malah sering terlibat konflik satu sama lain. Konflik bahkan bisa dipicu sesuatu yang sangat sepele," ujar Panda dikutip dari buku dua otobiografi Panda Nababan "Dalam Pusaran Kekuasaan".

Hal ini menurut Panda Nababan sulit dicerna akal sehat. Maka ia pun memutuskan berkonsultasi dengan paranormal Ki Gendeng Pamungkas, teman lamanya. Ki Gendeng menyarankan agar Panda membuang bungkusan yang diberikan seorang ibu itu ke sungai di Surabaya. 

Panda mengikuti saran Ki Gendeng Pamungkas. "Ajaib. Setelah itu, tim Garuda solid lagi, kompak," ujar Panda Nababan.   

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI