Wahai PT KAI! Dengarkan Suara Pengguna KRL: Jangan Bikin Kebijakan yang Mempersulit!

Jum'at, 30 Agustus 2024 | 21:21 WIB
Wahai PT KAI! Dengarkan Suara Pengguna KRL: Jangan Bikin Kebijakan yang Mempersulit!
Penumpang menunggu kedatangan Commuterline di Stasiun Manggarai, Jakarta, Selasa (30/7/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - KRL hingga kini jadi andalan bagi sebagian besar warga di wilayah jabdetabek sebagai alat transportasi mobilisasi di kawasan tersebut setiap hari.

Rencana pemerintah yang bakal menyesuaikan tarif KRL berdasarkan NIK menimbulkan polemik di kalangan penggunanya.

Suara-suara penolakan bermunculan dengan rencana tersebut, salah satunya dari Gemma. Pekerja swasta di Jakarta ini, terang-terangan menyebut pemerintah sedang menyusun rencana yang tak masuk akal.

Apalagi, penyesuaikan tarif KRL ditentukan dengan NIK yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat.

Baca Juga: Ada Wacana Subsidi Berdasarkan NIK, Tarif KRL Bakal Naik?

"Nggak masuk akal, nggak ada manfaatnya. Karena yang pakai NIK itu semua orang, bukan hanya orang Jabodetabek."

"Ada perantau juga, orang dari semua golongan. Kalau dibeda-bedain gitu apa tujuannya?" kata Gemma kepada Suara.com, Jumat (29/8/2024).

Hal serupa disampaikan, Cika yang juga bekerja di Jakarta. Dia bahkan khawatir kalau penyesuaian tarif KRL nantinya bisa membuat masyarakat jadi malas naik transportasi umum.

"Orang mau naik transportasi umum itu harusnya dipermudah. Ngurangin macet, ngurangin polusi. Jangan bikin kebijakan yang mempersulit dan malah bikin orang males pakai transportasi umum," kata Cika.

Berdasarkan data PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), penumpang KRL selama periode Januari-Juni 2024 jumlahnya mencapai 156,81 juta orang.

Baca Juga: YLKI soal Rencana Tarif KRL Sesuai NIK: Semua Berhak Dapat Subsidi, Tak Kenal Kaya-Miskin

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya, Januari-Juni 2023, angkanya tercatat 155,33 juta orang.

Sebagai moda transportasi andalan warga Jabodetabek, KCI justru didorong untuk lebih dulu membenahi layanan yang saat ini belum optimal.

"Selayaknya kota besar yang terus berkembang, transportasi umum seharusnya didorong untuk digunakan lebih banyak mayarakat dan mulai membatasi jalanan untuk kendaraian pribadi," ujar Rizki yang berdomisili di Jatibening, Kota Bekasi.

Selain sama-sama menolak rencana Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk penyesuaian tarif KRL Jabodetabek, ketiga pengguna itu juga kompak sarankan KCI agar lakukan beberapa pembenahan terkait operasional kereta listrik tersebut. Berikut poin-poinnya:

  1. Tambah jalur khusus kereta jarak jauh agar tidak menganggu lalu lintas KRL jurusan Bekasi/Cikarang.
  2. Penambahan terhadap akses akses feeder, khususnya perumahan yang jauh dari akses transportasi publik.
  3. Jam tunggu kedatangan kereta sebaiknya diperpendek untuk mengurangi penumpukan penumpang.
  4. Layanan eskalator dan lift harusnya dirawat dengan baik agar tak sering rusak.
  5. Perbanyak pintu masuk ke stasiun untuk mencegah terjadinya kemacetan di jalan raya area stasiun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI