Suara.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya memutuskan mengusung kader sendiri di Pilgub DKI 2024. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memilih pasangan Pramono Anung-Rano Karno untuk bertarung di Pilgub DKI.
Pasangan Pramono Anung-Rano Karno resmi mendaftar sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta ke KPU pada Rabu (28/8/2024).
Keputusan Megawati memilih Pramono Anung memang di luar prediksi sejumlah pihak yang lebih menjagokan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Cagub DKI dari PDIP.
Pramono Anung bukan orang sembarangan di partai banteng. Dia pernah menjadi Sekjen di tahun 2005 hingga tahun 2010. Artinya Pramono adalah sosok yang dekat dengan Megawati.
Baca Juga: Dibentak Megawati di Depan Kader PDIP, Ini Kata Airin
Lazimnya dalam kehidupan, hubungan Pramono Anung dengan Megawati juga pernah mengalami pasang surut. Bahkan Pramono pernah tidak dipercaya Megawati dan Taufiq Kiemas.
Kisah ini diungkapkan kader senior PDIP, Panda Nababan, dalam buku dua otobiografinya "Dalam Pusaran Kekuasaan".
"... waktu dia (Pramono Anung) diragukan loyalitasnya kepada PDI Perjuangan oleh Megawati dan Taufiq Kiemas," tulis Panda di bukunya.
Menurut Panda, Megawati dan Taufiq menganggap Pramono sebagai Sekjen PDIP tidak membimbing Puan Maharani yang baru terjun ke dunia politik di DPR.
Merasa dimusuhi Mega dan Taufiq, Pramono mendatangi Panda Nababan mencurahkan isi hatinya sambil menangis.
Baca Juga: Siapa Saja Anak Pramono Anung? Ada yang Nyalon Bupati Lagi
"Bang Panda, aku itu loyal. Seumur hidup aku loyal kepada Ibu Mega, loyal kepada Pak Taufiq. Tidak ada sedikit pun saya berkhianat. Tapi, sakit sekali rasanya aku tidak diterima lagi sama Ibu dan Pak Taufiq," curhat Pramono sambil berurai air mata ke Panda.
Penasaran, Panda bertanya apa masalahnya hingga membuat Megawati dan Taufiq Kiemas sampai tak lagi percaya dengan Pramono Anung.
"Aku enggak tahu. Aku dianggap tidak membantu Puan," jawab Pramono.
Setelah mendengarkan keluh kesah Pramono, Panda Nababan lalu menemui Taufiq Kiemas di kantor pribadi Taufiq di sebuah SPBU Pejompongan, Jakarta Pusat. Panda menceritakan keluhan Pramono ke Taufiq.
"Enggak bisa dipercaya itu. Aku enggak suka lihat mukanya," kata Taufiq dengan nada marah. Panda menasehati Taufiq agar tidak bersikap keras ke Pramono Anung.
Setelah emosi Taufiq Kiemas sedikit mereda, Panda menelepon Pramono memintanya datang ke SPBU menemui Taufiq Kiemas. Di pertemuan itu, Pramono mengungkap isi hatinya sementara Taufiq hanya diam.
"Mimik muka Taufiq 'jelek' kalau sedang tidak suka sesuatu. Persis sama dengan gaya Megawati," ujar Panda menggambarkan ekspresi Taufiq kala itu.
Panda sadar butuh waktu bagi Taufiq Kiemas untuk kembali berbaik hati. Ia lalu meminta Pramono pergi karena situasinya agak tegang waktu itu.