IDC 2024: Industri Media Bergejolak, Adaptif dan Inovasi Jadi Kunci Utama

Kamis, 29 Agustus 2024 | 08:11 WIB
IDC 2024: Industri Media Bergejolak, Adaptif dan Inovasi Jadi Kunci Utama
Foto bersama AMSI dan para stakeholder dalam acara pembukaan Indonesia Digital Conference 2024 di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta Barat, Rabu (28/8/2024).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Media massa nasional tengah menghadapi tantangan yang cukup berat. Ada penurunan di jumlah pengunjung, baik ke situs berita maupun aplikasi. Fenomena ini diikuti dengan revenue media yang ikut melorot. Buntutnya, beberapa perusahaan media terpaksa mengurangi jumlah jurnalis untuk beradaptasi dengan situasi bisnis yang abu-abu.

"Indonesia Digital Conference 2024 hadir di tengah kondisi media yang sedang tidak baik-baik saja. Disrupsi luar biasa dan kondisi politik yang penuh tantangan," ujar Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wahyu Dhyatmika, saat membuka acara IDC 2024 yang bertajuk "Inovasi untuk Berkelanjutan" di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta Barat, Rabu (28/8/2024).

Wahyu Dhyatmika mengakui mengatakan kondisi tersebut tentunya tidak datang tiba-tiba. Menurut Wahyu, disrupsi digital yang terjadi 10 hingga 15 tahun terakhir tak pelak sudah memporakporandakan industri pers di seluruh dunia. Industri pers berubah total. Terlebih, saat ini distribusi berita dikuasai oleh platform digital.

"Sekarang, distribusi berita ada di tangan raksasa platform digital global seperti Google, Meta, X, dan TikTok," tutur Wahyu.

Baca Juga: Benarkah Media Massa Memberikan Dampak Buruk bagi Kebudayaan di Indonesia?

Berdasarkan Data dari Reuters Institute for the Study of Journalism pada Januari 2024, disebutkan trafik ke situs berita merosot tajam saat seiring dengan menurunnya jumlah pengunjung dari media sosial. Wahyu bilang, ada dua kunci bagi media dalam menyikapi kondisi ini. Pertama, beradaptasi dengan teknologi yang berubah. Kedua, berinovasi untuk menciptakan nilai baru dalam jurnalisme.

Menurut Wahyu, tanpa inovasi, media nggak bakal bisa bertahan. Media perlu kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, dan menciptakan produk yang bisa diterima oleh audiens. Tanpa media yang sehat secara bisnis dan konten yang berkualitas, ekosistem informasi digital bisa terancam.

Ketua Umum Indonesia Digital Association (IDA), Dian Gemiano, juga menambahkan bahwa media harus bisa mandiri, baik dari segi konten, teknologi, bisnis, maupun finansial. Tapi mandiri bukan berarti anti kolaborasi dan anti teknologi, melainkan lebih proaktif dalam mendorong inovasi.

“Mandiri, lebih proaktif kolaborasi dan berinovasi. Proaktif artinya mendorong inovasi tersebut,” ujar Dian Gemiano.

Dalam kesempatan tersebut, Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informasi, Molly Prabawaty, menekankan pentingnya kredibilitas media sebagai verifikator informasi untuk mempertahankan kepercayaan publik. Apalagi, masyarakat masih bergantung pada media untuk mendapatkan informasi. Terlebih, saat ini penggunaan platform digital di Indonesia sangat masif.

Baca Juga: AMSI Tolak RUU Penyiaran: Kalau Dilanjutkan DPR Akan Hadapi Komunitas Pers

Data UNESCO di tahun 2023, menyebutkan penggunaan platform digital di Indonesia sangat besar untuk akses informasi, dengan tren penggunaan online sebesar 79 persen, medsos 60 persen, TV 40 persen, dan media cetak hanya 9 persen. Ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih sering menggunakan akses online untuk mendapatkan informasi berita.

Namun, pemerintah tetap berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan media. Salah satunya melalui Perpres Nomor 32 Tahun 2024 yang mengatur tanggung jawab perusahaan platform digital dalam mendukung jurnalisme berkualitas. Perpres ini diharapkan bisa menciptakan fair play dalam industri media nasional.

Direktur USAID Indonesia, Jeffery P Cohen, menyoroti lanskap digital yang berkembang cukup pesat. Artificial Intelligence alias kecerdasan buatan, misalnya. Menurut dia, teknologi ini harus diimbangi oleh media. Tak cuma itu, Jeffery juga mengingatkan media harus mengenal audiensnya, melakukan verifikasi dan juga konfirmasi. Pasalnya, kekinian banyak disinformasi beredar di masyarakat.

"Teknologi seperti AI bukan hanya sekadar alat, tapi menjadi bagian integral ekosistem yang bisa mendorong kemajuan. Komitmen AMSI dalam keberlanjutan menurut Jeffery bisa menjadi contoh bagi komunitas media. Setidaknya AMSI mampu mendorong penggunaan teknologi dengan bertanggung jawab dan teguh pada etika," tutur Jeffery.

IDC 2024 kali ini ditandai dengan kehadiran rangkaian kegiatan ‘Road to IDC 2024’ serta ‘Masterclass’. ‘Road to IDC 2024’ merupakan diskusi terbuka dan tertutup yang digelar AMSI sebagai pemanasan menuju ajang utama yaitu IDC 2024.

Sementara itu ‘Masterclass’ digelar untuk memberikan pembelajaran kelas mahir bagi pelaku-pelaku media profesional untuk terus meningkatkan kapasitasnya. Kegiatan akan ditutup dengan penganugerahan AMSI Awards 2024.

Perlu diketahui, Program IDC dan AMSI Awards adalah bagian dari kerjasama AMSI dengan Internews dan USAID MEDIA untuk membangun keberlanjutan bisnis media di Indonesia. Pada gelaran tahun ini, IDC dan AMSI Awards juga mendapatkan dukungan dari PT Astra International Tbk, Google News Initiative, Dailymotion SA.

Kemudian PT Pertamina (Persero), PT Adaro Energy Indonesia, PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel, Harita Nickel atau PT Trimegah Bangun Persada Tbk, PT Merdeka Copper Gold, PT PLN (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, EIGER Adventure, dan MIND ID.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI