Suara.com - Pola makan masyarakat Indonesia ternyata hampir seluruhnya gemar konsumsi makanan berisiko. Tercatat, 96 persen warga mengaku mengutamakan rasa dalam memilih makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Angka tersebut ditemukan dalam hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Di dalam laporan SKI juga dijelaskan mengenai makanan berisiko adalah makanan dengan rasa manis, minuman manis, makanan asin, berlemak kolesterol, serta makanan yang dibakar, makanan yang diolah dengan pengawet, bumbu penyedap, soft drink atau minuman berkarbonasi, minuman berenergi, mie instan, serta makanan instan lainnya.
Ahli Gizi Masyarakat Dokter Tan Shot Yet menyayangkan temuan tersebut. Karena survei tersebut menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum paham dalam menentukan pola makan yang bergizi dan baik bagi kesehatan. Hal tersebut juga tercermin dalam temuan SKI Kemenkes tersebut.
Baca Juga: Kritik Pengadaan Susu Pada Program Makan Bergizi, Dokter Tan Khawatir Terjadi Manipulasi
"Anda bisa bayangkan bahwa ternyata mereka makan asal yang mereka doyan. Nah, yang lebih ngeri adalah kenapa kamu makan begituan? Tidak tahu bahaya dan risikonya, 43 persen," ungkapnya saat ditemui dalam acara media talk di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Menurutnya, tak hanya kurang edukasi tentang gizi makanan, masyarakat juga mengaku tidak tahu bahaya dari sering konsumsi makanan berisiko juga karena tidak langsung merasakan dampak dari pola makan tersebut.
Dokter Tan menjelaskan bahwa masalah kesehatan memang baru akan muncul beberapa waktu kemudian akibat akumulasi pola makan yang buruk terus menerus.
"Ini yang menjadi problem, kalau kita makan makanan yang berisiko, kita nggak mati besoknya," tuturnya.
Kemenkes RI juga menyatakan bahwa pola makan yang buruk, ditambah bila tidak disertai dengan gaya hidup aktif, maka berisiko menyebabkan bernagai penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, gangguan jantung, stroke, hingga gagal ginjal.
Baca Juga: Ahli Gizi Tantang Gibran Rakabuming Uji Coba Program Makan Bergizi di Wilayah 3T
Dokter Tan juga menyampaikan bahwa berbagai penyakit tersebut kebanyakan disebabkan kebiasaan konsumsi tinggi gula, garam, lemak. Masing-masing kandungan tersebut bisa menyebabkan masalah kesehatan tertentu, sebagai berikut:
Akibat Konsumsi Gula Berlebih:
- Ketagihan. Meningkatnya kebutuhan rasa manis berlebih.
- Kegemukan dan kerapuhan tulang.
- Kelebihan gula darah dengan risiko diabetes hingga stroke.
- Kolesterol jahat meningkat dan berisiko sebabkan penyakit jantung.
- Kemungkinan kanker meningkat akibat konsumsi gula yang biasanya dikaitkan dengan produk ultra proses dan kondisi kegemukan.
Akibat Konsumsi Garam Berlebih:
- Kalium (potasium) jadi rendah. Akibatnya tekanan darah naik dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
- Kerusakan pembuluh darah, dengan risiko pikun, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke, penyakit ginjal kronik.
- Kegemukan.
- Kerapuhan tulang.
- Risiko kanker lambung meningkat.
Akibat Konsumsi Lemak Berlebih:
- Kegemukan.
- Kerusakan dinding pembuluh darah dengan segala akibatnya, seperti hipertensi, stroke, penyakit jantung.
- Kandung empedu bermasalah, seperti terbentuk batu, penebalan dinding empedu.
- Kolesterol tinggi.
- Kemungkinan kanker meningkat, terutama kanker payudara dan usus besar. Penyebabnya akibat konsumsi berlebih lemak jenuh yang terdapat dalam produk proses seperti, sosis, daging kalengan, burger, dan sebagainya.