Suara.com - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mendesak negara-negara Eropa untuk memberikan dukungan lebih besar dalam menjatuhkan pesawat tak berawak dan rudal yang menyerang Ukraina. Permintaan ini muncul setelah serangan udara mematikan yang dilancarkan oleh Rusia, yang menghantam berbagai wilayah di Ukraina.
Zelenskyy mengungkapkan bahwa lebih dari 100 rudal dan sekitar 100 pesawat tak berawak Rusia menyerang Ukraina pada hari Senin, termasuk beberapa wilayah di bagian barat negara itu yang berbatasan atau dekat dengan negara-negara Eropa. Serangan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik ke wilayah Eropa yang lebih luas.
"Di berbagai wilayah Ukraina, kita dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi nyawa jika penerbangan tetangga Eropa kita bekerja sama dengan F-16 dan pertahanan udara kita," ujar Zelenskyy dalam sebuah unggahan di media sosial.
Ia menekankan pentingnya kerjasama militer yang lebih erat antara Eropa dan Ukraina dalam menghadapi ancaman Rusia.
Zelenskyy juga membandingkan situasi ini dengan kerjasama militer antara Amerika Serikat dan Israel di Timur Tengah, yang telah berhasil menembak jatuh proyektil Iran. Menurutnya, dukungan serupa dari Eropa sangat diperlukan untuk melindungi nyawa warga Ukraina.
Selain itu, Zelenskyy kembali mendesak sekutu-sekutu Ukraina untuk mencabut pembatasan penggunaan senjata jarak jauh. Senjata ini ingin digunakan Kyiv untuk melancarkan serangan lebih jauh ke wilayah Rusia, sebagai langkah untuk menghentikan teror yang dilakukan oleh Moskow.
"Amerika, Inggris, Prancis, dan mitra lainnya memiliki kekuatan untuk membantu kita menghentikan teror," tambah Zelenskyy.
Sementara itu, serangan terbaru Rusia terhadap Ukraina pada hari Senin, 26 Agustus 2024, melibatkan serangan besar-besaran dengan rudal dan drone, yang menghantam berbagai wilayah di seluruh negara tersebut. Serangan ini menargetkan infrastruktur energi serta area pemukiman, dan dilaporkan menewaskan setidaknya tiga orang serta melukai puluhan lainnya.
Sebelumnya, seorang penasihat keselamatan Inggris untuk Reuters tewas dan dua wartawan terluka ketika rudal Rusia menghantam sebuah hotel di Kramatorsk, Ukraina timur, pada Sabtu malam.
Mantan tentara Inggris yang menjaga keamanan jurnalis Reuters, Ryan Evans (38) termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan itu. Evans dan lima anggota tim Reuters lainnya sedang menginap di hotel tersebut ketika hotel tersebut terkena rudal balistik Iskander-M Rusia, menurut pejabat setempat.
Dua wartawan Reuters lainnya ikut terluka dan dirawat di rumah sakit, salah satunya dalam kondisi kritis dan tiga rekannya yang tersisa dipastikan selamat.