Ekonomi Israel Mengalami Krisis di Tengah Perang dengan Hamas

Bella Suara.Com
Senin, 26 Agustus 2024 | 16:39 WIB
Ekonomi Israel Mengalami Krisis di Tengah Perang dengan Hamas
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perekonomian Israel sedang menghadapi tantangan besar di tengah perang yang berkepanjangan dengan Hamas. Hampir 11 bulan sejak dimulainya konflik, berbagai sektor usaha di Israel mengalami penurunan drastis. Di Kota Tua Yerusalem, sebagian besar toko suvenir tutup. Di pasar loak Haifa, pedagang-pedagang membersihkan barang dagangan mereka di jalanan yang sepi. Penerbangan dibatalkan, bisnis bangkrut, dan hotel-hotel mewah kosong.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berusaha menenangkan kekhawatiran dengan mengatakan bahwa kerusakan ekonomi hanya bersifat sementara. Namun, perang ini telah menyebabkan kerugian besar bagi ribuan usaha kecil dan merusak kepercayaan internasional terhadap ekonomi Israel yang sebelumnya dikenal dinamis.

Menurut Karnit Flug, mantan kepala bank sentral Israel, ketidakpastian ekonomi saat ini terkait erat dengan situasi keamanan yang terus memburuk. Konflik ini telah menyebabkan kerugian besar pada ekonomi Gaza yang sudah hancur, dengan 90 persen populasi terpaksa mengungsi dan sebagian besar tenaga kerja kehilangan pekerjaan. Selain itu, pertempuran di Gaza serta serangan harian dari militan Hezbollah di Lebanon telah memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di perbatasan utara dan selatan Israel.

Meski ekonomi Israel pernah pulih dari guncangan sebelumnya, konflik kali ini memberikan tekanan yang lebih besar. Selain biaya pembangunan kembali, pemerintah juga harus mengeluarkan dana besar untuk kompensasi bagi keluarga korban dan tentara cadangan, serta belanja militer yang terus meningkat. Konflik yang berkepanjangan ini juga mengancam sektor pariwisata, yang meskipun bukan menjadi pendorong utama ekonomi, namun dampaknya dirasakan oleh ribuan pekerja dan usaha kecil.

Ekonom Israel, Jacob Sheinin, memperkirakan bahwa total biaya perang ini bisa mencapai 120 miliar dolar AS, atau sekitar 20 persen dari produk domestik bruto (PDB) Israel. Selain itu, lembaga pemeringkat Fitch baru-baru ini menurunkan peringkat Israel dari A-plus menjadi A, setelah sebelumnya langkah serupa diambil oleh S&P dan Moody’s.

Di tengah situasi ini, banyak bisnis kecil terpaksa tutup karena pemilik dan karyawan mereka dipanggil untuk tugas militer cadangan. Sebuah laporan dari perusahaan informasi bisnis Israel, CofaceBDI, menyebutkan bahwa sekitar 46.000 bisnis telah tutup sejak perang dimulai, 75 persen di antaranya adalah usaha kecil.

Flug menambahkan bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan perekonomian adalah dengan mengakhiri perang ini secepat mungkin. Namun, jika perang terus berlanjut, pemulihan ekonomi akan semakin sulit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI