Alasan Ingin Akhiri Konflik di Ukraina, Robert F Kennedy Mundur dan Dukung Donald Trump

Andi Ahmad S Suara.Com
Senin, 26 Agustus 2024 | 07:47 WIB
Alasan Ingin Akhiri Konflik di Ukraina, Robert F Kennedy Mundur dan Dukung Donald Trump
Calon Presiden dari Independen Robert F Kennedy Jr [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Calon presiden independen Amerika Serikat (AS), Robert F Kennedy resmi mundur dari pencalonan Pilpres AS dan mendukung Donald Trump.

Keputusan itu disampaikan dengan menyatakan dukungannya kepada Trump pada Jumat kemarin. Alasan dia lebih memilih mantan presiden itu lantaran sama-sama mendukung kebebasan berbicara dan ingin mengakhiri konflik di Ukraina.

Hal itu nampaknya mendapatkan sorotan dari sejumlah pengamat politik.

"Saya tidak yakin apakah dukungan RFK Jr. itu akan meningkatkan perolehan suara Trump," kata Paul Gottfried, pemimpin redaksi majalah bulanan AS Chronicles: A Magazine of American Culture.

Baca Juga: Update Jumlah Warga Palestina Yang Meninggal Dunia di Gaza Bertambah Jadi 40.405 orang

"Kennedy mungkin akan menarik sejumlah pemilih independen ke kubu Trump," katanya. "Kita harus menunggu dan melihatnya."

Analis politik Keith Preston berpendapat bahwa Kennedy mungkin akan mendorong lebih banyak dukungan kepada Trump daripada Kamala Harris, tetapi hal itu masih terlalu dini untuk dipastikan.

Pemilihan akan diputuskan oleh pemilih mengambang (swing voters) di negara-negara bagian yang pemilihnya mudah pindah pilihan, kata Preston.

"Pertanyaannya, apakah dukungan Kennedy itu memungkinkan Trump mendapatkan lebih banyak pemilih di negara-negara bagian penting," kata dia, seraya menambahkan bahwa kemungkinan hal itu terjadi cukup tinggi.

Preston juga menyoroti fakta bahwa banyak pendukung Kennedy berasal dari kalangan atas di Silicon Valley yang mendukung neoliberalisme dan kebijakan pro-Israel.

Baca Juga: Topan Shanshan Ancam Jepang, WNI diimbau Amankan Diri

Kennedy sendiri mendapatkan dukungan yang cukup signifikan. Menurut The Democracy Institute, dia berpotensi meraup 12 persen suara populer (popular vote).

Suara populer adalah jumlah total suara yang diberikan pemilih dalam pemilihan presiden, terlepas dari sistem electoral college yang digunakan AS untuk menentukan kemenangan capres. [Antara].

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI