Suara.com - Mundurnya Presiden Joe Biden dari pencalonan Presiden Amerika Serikat (AS) nampaknya menjadi salah satu cara Partai Demokrat mengambil hati masyarakat AS.
Hal itu juga diungkapkan sejumlah pakar. Mereka menilai bahwa Demokrat berupaya menampilkan citra positif dan menghindari isu konkret, untuk mengambil hati masyarakat.
Namun, mereka tidak bisa memastikan apakah momentum itu mampu bertahan hingga pemilihan presiden (pilpres) 5 November mendatang.
Robert Weissberg, guru besar ilmu politik di Universitas Illinois Urbana-Champaign, mengatakan tujuan utama dari konvensi itu telah tercapai.
Baca Juga: Hizbullah Kirimkan Puluhan Roket ke Israel, Bentuk Pembalasan Komandan Senior Fuad Shukr Tewas
"Namun, masih ada perbedaan mendalam di partai itu," kata dia. "Partai ini sekarang berada di bawah kendali sayap progresif, dan banyak warga Amerika yang menolak agenda tersebut."
"Harapannya, mereka yang menolak tak akan terlalu memperhatikan rinciannya," katanya, menambahkan.
Pengamat politik Keith Preston berpendapat Demokrat bermaksud memengaruhi pemilih dengan energi positif karena pilpres AS sering ditentukan oleh para pemilih independen dan non-ideologis.
Para pemilih itu, kata dia, lebih termotivasi oleh kepribadian, penampilan, dan suasana, ketimbang opini mendalam tentang isu-isu tertentu.
"Demokrat dengan cerdik mengubah kampanye mereka menjadi campuran Super Bowl, Academy Awards, dan Coachella," kata Preston.
Baca Juga: Pelaku Penusukan Maut di Solingen Ditangkap, Diduga Imigran Suriah
Dia menambahkan bahwa partai itu berusaha menampilkan aura positif dan optimisme, bukan kampanye negatif dan serangan pribadi seperti yang dilakukan Donald Trump dan J.D. Vance.
Secara strategis, langkah itu sangat bijaksana, kata Preston.
"Pertanyaannya, apakah mereka bisa mempertahankan energi ini selama beberapa bulan ke depan sebelum pemilihan," kata dia.
Wilfred Reilly, guru besar ilmu politik di Universitas Kentucky, mengatakan bahwa konvensi Demokrat sangat sedikit menampilkan isu-isu kebijakan. Harris disebutnya lebih banyak berbicara tentang keluarga dan latar belakangnya.
"Saya rasa ini akan menjadi fokus utama partai itu hingga pemilihan," kata Reilly.
Dia menilai sikap Harris terhadap isu-isu terkait imigrasi, kepolisian, aborsi, dan lainnya kemungkinan besar tidak akan bisa diterima oleh kebanyakan pemilih dan bawahannya menyadari hal itu.
Harris akan terus "memberikan sedikit detail" hingga hari pemilihan, kata Reilly.
Ribuan pengunjuk rasa di luar gedung konvensi menyerukan agar AS berhenti membantu Israel dalam perang di Gaza.
Situasi tersebut mirip dengan kali terakhir Demokrat menggelar konvensi di Chicago, ketika aksi menentang Perang Vietnam berujung pada kekerasan.
Saat ditanya apakah Demokrat sekarang lebih kompak, Preston mengatakan bahwa Demokrat adalah partai yang sangat solid berkat kemampuan mereka menjaga disiplin internal partai.
"Partai ini memiliki struktur kepemimpinan yang sangat kaku dan terpusat," katanya, seraya menambahkan bahwa hal itu terlihat dalam pemilihan pendahuluan.
Pimpinan Demokrat mengancam akan menggunakan Amandemen ke-25 terhadap Biden jika tidak mundur dari pencalonan, kata dia.
"Wakil Presiden Harris sejak itu ditunjuk sebagai calon penerus oleh pimpinan partai tanpa proses kompetitif yang serius," kata Preston.
Sementara itu, Reilly menilai bahwa dengan pencalonan Harris, Demokrat memiliki kandidat baru yang lebih populer dan "peluang yang lebih baik untuk mengalahkan Trump." [Antara].