Tolak Revisi Undang-undang Pilkada, Mahasiswa Serang Blokade Jalan Hingga Bakar Ban

Hairul Alwan Suara.Com
Kamis, 22 Agustus 2024 | 18:58 WIB
Tolak Revisi Undang-undang Pilkada, Mahasiswa Serang Blokade Jalan Hingga Bakar Ban
Aksi teatrikal tolak revisi Undang-undang Pilkada di Jalan Ahmad Yani, Serang, Banten, Kamis (22/8/2024). [Yandi Sofyan/Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ratusan mahasiswa dan aktivis Banten menolak revisi Undang-undang Pilkada yang bakal dilakukan anggota DPR RI. Seperti diketahui, Revisi Undang-undang Pilkada tersebut bisa membatalkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Aksi demonstrasi bertajuk "Demo Peringatan Darurat" itu diwarnai aksi blokade Jalan Ahmad Yani, Kota Serang, Banten, Kamis (22/8/2024).

Berdasrkan pantauan Suara.com, aksi tersebut dimulai sekira pukul 15.00 WIB. Aksi dimulai dengan longmarch dari depan Kampus UIN SMH Banten pasca sarjana hingga perempatan Ciceri.

Massa aksi pun langsung menutup akses jalan dari arah Kota Serang menuju Jakarta dan arah sebaliknya.

Terpantau, sempat terjadi kemacetan kendaraan di Jalan Ahmad Yani dari arah Alun-alun Kota Serang menuju arah Terminal Pakutan.

Petugas kepolisian yang berjaga terpaksa memutar balik kendaraan guna mencari jalur alternatif lain.

Massa aksi sempat melakukan aksi teatrikal dengan menggantung burung garuda sebagai simbol matinya demokrasi. Hingga akhirnya massa aksi pun melakukan pembakaran ban bekas sambil mencaci maki DPR RI.

"DPR bego.. DPR Bego..," teriak massa aksi.

Humas massa aksi, Nurlatif mengatakan, aksi demonstrasi dilakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah yang telah mencederai demokrasi dan konstitusi di Indonesia.

Baca Juga: CEK FAKTA: Aksi Mahasiswa Seret Jokowi Berakhir Ricuh

"Tuntutan kita tidak terlalu banyak, kawal putusan MK, tegakkan konstitusi dan demokrasi kembali, karena kita lihat dalam akhir periodesisasi, bagaimana ada segelintir orang yang coba membangun dinasti di tingkat nasional dan akan sangat membahayakan," kata Nurlatif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI