Suara.com - Forest Watch Indonesia (FWI) menyampaikan bahwa Proyek Bioenergi Nasional telah 'menggunduli' hutan di Provinsi Gorontalo. Setidaknya ada sebanyak 35.770,36 Hektare yang mengalami deforestasi sejak 2017-2023.
Hal itu disampaikan oleh narasumber dari FWI, Anggi Prayoga dalam paparnya di webinar bersama bertemakan saveGorontalo dari Cengkraman Proyek Energi.
Dalam paparnya, FWI mencatat keadaan hutan Gorontalo mengalami penurunan di setiap tahunnya. Di 2017, luas tutupan hutan ada seluas 730,124.56 Hektare. Tahun 2021 menjadi 696,631.80 Hektare.
Tahun berikutnya di tahun 2022 hanya sisa 694,946.96 dan di tahun 2023 sisa seluas 693,795.67 dari luas daratan Gorontalo seluas 1,204,732.66.
Baca Juga: Kabar Gembira Buat Anak Muda, Pemkab Gorontalo Buka Pendaftaran CPNS hingga 6 Desember 2024
"57 persen hutan alam tersisa dari luas daratan Gorontalo," kata Anggi dalam paparnya, 19 Agustus 2024.
Pengurangan lahan hutan juga berbarengan dengan terus bertambahnya angka deforestasi yang dilakukan di lahan hutan Gorontalo.
FWI mencatat, sepanjang 2017 hingga 2024, seluas 35.770.36 Hektare deforestasi dilakukan di hutan Gorontalo. Angka itu merupakan akumulasi dari deforestasi yang dilakukan terus menerus.
Deforestasi paling parah dialami pada tahun 2017-2021 dengan luas deforestasi 33,492.76 Hektare. Tahun 2021-2022 seluas 1,126.31, tahun 2022-2023 seluas 1,151.29 dan tahun 2024 masih di angka 713.96 Hektare dari luas Daratan Gorontalo seluas 1,204,732.66.
FWI menyebut, paparan di atas sekaligus menjadikan Hutan Gorontalo sebagai hutan paling parah terkena dampak dan ancaman Proyek Bioenergi di Indonesia.
Baca Juga: Perlu Keberpihakan Terhadap Industri Hulu Migas untuk Capai Ketahanan Energi
"Dikavling 10 izin konsesi perusahaan dengan luas 282.100 Ha menjadikan Gorontalo sebagai salah satu provinsi terluas yang menampung Proyek Bioenergi," jelas dia.
Kontributor : Egi Abdul Mugni