Kasusnya Terbanyak di ASEAN, Indonesia Masih Kewalahan Tangani Penyakit TBC

Selasa, 20 Agustus 2024 | 21:04 WIB
Kasusnya Terbanyak di ASEAN, Indonesia Masih Kewalahan Tangani Penyakit TBC
Ilustrasi sampel thorax warga saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis (9/2/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penanganan penyakit tuberkulosis di Indonesia kian mundur akibat situasi Pandemi Covid-19. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui terjadi penurunan pendanaan TBC di Indonesia sekitar 8,7 persen antara tahun 2019 dan 2020 akibat situasi Pandemi Covid-19.

Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kemenkes, Bayu Teja Muliawan mengatakan bahwa dampak lain dari hal tersebut dapat memperluas kesenjangan pembiayaan TBC.

"Selama tahun pertama pandemi, kami menghadapi tantangan yang signifikan dalam penanggulangan TBC, di mana pelaporan kasus TBC menurun," katanya dalam keterangan yang diterima suara.com, Selasa (20/8/2024).

Dia menambahkan, pelaporan kasus TBC baru mulai pulih kembali pada tahun kedua pandemi, angkanya mencapai 70 persen. Kemudian meningkat lagi menjadi 80 persen pada tahun 2023.

Baca Juga: Masih jadi Momok Warga Jakarta, Heru Budi: TBC Ini Seperti Kapal Selam...

"Capaian ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah Indonesia," katanya.

Indonesia diketahui penyumbang jumlah kasus TBC terbanyak di antara negara ASEAN. Ada lebih dari 2,4 juta orang di seluruh ASEAN diestimasikan terkena TBC, berdasarkan Global TB Report 2024.

Lima negara ASEAN, Indonesia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, masuk dalam daftar negara dengan beban TBC tertinggi di dunia versi World Health Organization (WHO).

Indonesia bahkan menjadi negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia. Menurut Laporan Global Tuberkulosis WHO 2023, Indonesia menyumbang 10 persen dari kasus TBC global.

Pada tahun 2022, diperkirakan ada lebih dari 1 juta orang di Indonesia terkena TBC dengan angka kasus sebesar 385 per 100.000 penduduk dengan jumlah kematian sebanyak 134.000 jiwa. Angka tersebut yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah kematian akibat TBC tertinggi kedua di dunia, setelah India.

Kematian akibat TBC bahkan lima kali lebih beriko dibandingkan infeksi Covid-19. Diketahui, TBC memiliki tingkat kematian mendekati 15 persen, sedangkan Covid-19 memiliki persentase 3,5 persen.

Baca Juga: Kasus Tuberkulosis di Surabaya Tinggi, Pemerintah Ungkap Masih Banyak Masyarakat Malu Untuk Membuka Diri Terkena TBC

“Situasi TBC di ASEAN sangat memprihatinkan, dengan banyak negara di kawasan ini masih menghadapi tantangan besar dalam mengendalikan dan menangani TBC."

"Hal ini menunjukan pentingnya kerja sama dengan ASEAN guna memperkuat sistem penanggulangan TBC," ujar Senior Advisor Stop TB Partnership Indonesia & Project Lead Airborne Infection Defense Platform (AIDP) Prof dr Tjandra Yoga Aditama.

AIDP berfokus terhadap penguatan respon TBC di setiap negara ASEAN, termasuk di tingkat komunitas dan pelayanan primer. Tjandra menyampaikan bahwa upaya kerjasama penanganan TBC di ASEAN dilakukan dengan meningkatkan infrastruktur layanan kesehatan yang ada untuk meningkatkan deteksi, pengobatan, dan pencegahan.

"Upaya ini juga mencakup pemanfaatan platform teknologi yang semakin berkembang sejak pandemi Covid-19, termasuk X-ray digital portabel yang memungkinkan pelaksanaan tes TBC di daerah tanpa berpergian ke rumah sakit atau klinik," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI