Suara.com - Dosen Desain Produk Mode Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian (FSR IKJ) Jakarta Adlien Fadlia memberikan komentar mengenai penampilan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming yang mengenakan baju adat Papua saat upacara 17 Agustus di Ibu Kota Nusantara (IKN) kemarin.
Penampilan Gibran memang sempat jadi sorotan di media sosial karena salah mengenakan pakaian adat.
Adlien menjelaskan bahwa hari itu Gibran justru mengenakan sali ataubrok rumbai yang dalam adat Papua digunakan oleh perempuan belum menikah.
"Pakaian yang digunakan oleh Gibran adalah Sali, pakaian khusus untuk wanita yang belum menikah di Papua," kata Adlien kepada Suara.com, dihubungi Selasa (20/8/2024).
Meski begitu, Adlien juga mengapresiasi keputusan Gibran untuk mengenakan pakaian adat Papua.
Menurutnya, sikap anak sulung Presiden Joko Widodo itu juga sebagai bentuk penghormatan terhadap keragaman budaya Indonesia.
"Menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah menunjukkan sikap apresiatif terhadap kekayaan budaya bangsa yang sangat beragam. Hal ini juga dapat memperkuat pesan persatuan dan kebinekaan yang sering ditekankan di Indonesia," katanya.
Adlien juga memahami kalau adanya beragam respon dari publik mengenai penampilan kakak Kaesang Pangarep tersebut.
"Tentu saja, respon dari publik akan bervariasi tergantung pada konteks dan cara penyampaiannya, tetapi secara umum, tindakan seperti ini dapat dilihat sebagai langkah positif dalam mempromosikan kebhinekaan," katanya.
Sebelumnya, penampilan Gibran saat upacara 17 Agustus di IKN itu sempat tuai kritik di media sosial.
Menurut pengguna akun X @jayapuraupdate, pakaian adat yang dikenakan putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut tidak jelas konsepnya seperti 'tabrak lari'.
"Bro.. sebenarnya kalo mau bikin kita 'tersentuh' itu pake baju adat seperti ini boleh.. singkat padat dan jelas. Daripada pake atribut tabrak lari tidak jelas yg kita sendiri sbenarnya tidak tau itu mewakili suku mana.. Merdeka!!!," tulis akun tersebut seperti Suara.com kutip pada Senin (19/7/2024).
Akun tersebut juga menyoroti jika pakaian adat Papua yang dikenakan Gibran terlihat mencampuradukkan antara pakaian adat Papua Pegunungan dan pesisir. Akun tersebut menganalogikan kalau Gibran seperti orang yang mencampurkan baju adat Madura, Solo, dan Sunda secara bersamaan. Sehingga dinilai tidak jelas konsepnya.