Di sisi lain, Hamas bersikeras bahwa mereka hanya akan menerima gencatan senjata permanen, bukan sementara. Perselisihan juga mencakup isu-isu seperti keberlanjutan kehadiran militer Israel di Gaza, kebebasan bergerak warga Palestina, serta identitas dan jumlah tahanan yang akan dibebaskan dalam pertukaran sandera.
Di tengah negosiasi yang berlangsung, kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah semakin meningkat. Konflik ini telah memicu bentrokan perbatasan selama berbulan-bulan antara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
Blinken memperingatkan semua pihak agar tidak melakukan provokasi yang dapat memperburuk situasi.
"Sudah saatnya untuk memastikan bahwa tidak seorang pun mengambil langkah apa pun yang dapat menggagalkan proses ini," ujarnya.
Tak lama setelah Blinken tiba di Israel pada hari Minggu, sebuah bom meledak di dekat sinagoga di Tel Aviv, menewaskan orang yang membawanya dan melukai seorang pejalan kaki. Hamas dan sekutu dekatnya, Jihad Islam, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Selain itu, militer Israel melaporkan serangan pesawat nirawak oleh Hizbullah di wilayah utara negara itu, dekat perbatasan dengan Lebanon.
Di Gaza, krisis kemanusiaan semakin memburuk dengan lebih dari 2,3 juta penduduk mengungsi akibat kampanye militer Israel, yang juga telah menyebabkan kelaparan, penyakit mematikan, dan menewaskan sedikitnya 40.000 orang menurut otoritas kesehatan Palestina. Badan utama PBB di Gaza, UNRWA, melaporkan bahwa 207 stafnya telah tewas sejak awal perang, dengan banyak dari mereka adalah pekerja kemanusiaan seperti insinyur, guru, dan staf medis.