AS Tekankan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza, Desak Israel dan Hamas Capai Kesepakatan

Bella Suara.Com
Selasa, 20 Agustus 2024 | 06:05 WIB
AS Tekankan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza, Desak Israel dan Hamas Capai Kesepakatan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken. (dok. Instagram)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, memperingatkan bahwa upaya terbaru untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera mungkin menjadi kesempatan terbaik, dan bahkan yang terakhir, untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Dalam kunjungannya ke Israel, Senin, Blinken mendesak kedua belah pihak untuk memanfaatkan momen ini guna mencapai kesepakatan yang selama ini sulit dicapai.

Selama kunjungan tersebut, Blinken bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, dan kemudian dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Ini adalah momen yang menentukan, mungkin yang terbaik, mungkin kesempatan terakhir untuk membawa para sandera pulang, mencapai gencatan senjata, dan menempatkan semua orang di jalur yang lebih baik menuju perdamaian dan keamanan yang langgeng." kata Blinken sebelum bertemu Herzog.

Pernyataan Blinken muncul setelah negosiasi di Qatar minggu lalu antara Israel dan Hamas terhenti tanpa hasil yang berarti. Meskipun demikian, negosiasi diharapkan akan dilanjutkan minggu ini berdasarkan proposal penghubung dari AS. Hamas sendiri telah menyatakan keraguannya terhadap peluang tercapainya kesepakatan, mengingat perundingan sebelumnya gagal memberikan hasil konkret.

Sementara itu, situasi di lapangan semakin memanas. Pasukan Israel dilaporkan telah memperluas serangan mereka di Gaza, bergerak lebih dalam ke wilayah Khan Younis sebagai bagian dari fase terakhir operasi militer mereka.

Penduduk lokal melaporkan bahwa bentrokan sengit terdengar di daerah tersebut, dengan pasukan Israel berhasil mencapai jalan pesisir yang secara efektif memutus akses antara Khan Younis dan wilayah di utara.

Pada saat yang sama, Kementerian Situasi Darurat Rusia melaporkan bahwa sekitar 9.500 orang telah dievakuasi dari zona pertempuran di Kursk, di tengah serangan balasan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina. Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengecam tindakan ini sebagai "serangan teroris."

Blinken, dalam pertemuannya, juga menyoroti perlunya percepatan bantuan militer dari para mitra internasional, terutama dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.

"Keputusan harus diambil dengan cepat, dan logistik untuk bantuan yang telah dijanjikan harus berjalan tepat waktu," tegasnya.

Namun, mencapai kesepakatan yang komprehensif tetap menjadi tantangan besar. Israel tetap teguh pada posisinya bahwa perang hanya dapat berakhir dengan penghancuran Hamas sebagai kekuatan militer dan politik.

Di sisi lain, Hamas bersikeras bahwa mereka hanya akan menerima gencatan senjata permanen, bukan sementara. Perselisihan juga mencakup isu-isu seperti keberlanjutan kehadiran militer Israel di Gaza, kebebasan bergerak warga Palestina, serta identitas dan jumlah tahanan yang akan dibebaskan dalam pertukaran sandera.

Di tengah negosiasi yang berlangsung, kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah semakin meningkat. Konflik ini telah memicu bentrokan perbatasan selama berbulan-bulan antara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.

Blinken memperingatkan semua pihak agar tidak melakukan provokasi yang dapat memperburuk situasi.

"Sudah saatnya untuk memastikan bahwa tidak seorang pun mengambil langkah apa pun yang dapat menggagalkan proses ini," ujarnya.

Tak lama setelah Blinken tiba di Israel pada hari Minggu, sebuah bom meledak di dekat sinagoga di Tel Aviv, menewaskan orang yang membawanya dan melukai seorang pejalan kaki. Hamas dan sekutu dekatnya, Jihad Islam, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Selain itu, militer Israel melaporkan serangan pesawat nirawak oleh Hizbullah di wilayah utara negara itu, dekat perbatasan dengan Lebanon.

Di Gaza, krisis kemanusiaan semakin memburuk dengan lebih dari 2,3 juta penduduk mengungsi akibat kampanye militer Israel, yang juga telah menyebabkan kelaparan, penyakit mematikan, dan menewaskan sedikitnya 40.000 orang menurut otoritas kesehatan Palestina. Badan utama PBB di Gaza, UNRWA, melaporkan bahwa 207 stafnya telah tewas sejak awal perang, dengan banyak dari mereka adalah pekerja kemanusiaan seperti insinyur, guru, dan staf medis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI