Kemenkes Minta Publik Bedakan Aksi Bullying dengan Manja di Lingkungan Pendidikan Dokter

Senin, 19 Agustus 2024 | 12:55 WIB
Kemenkes Minta Publik Bedakan Aksi Bullying dengan Manja di Lingkungan Pendidikan Dokter
Ilustrasi dokter (pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meminta publik bedakan tindakan perundungan atau bullying dengan peserta didik yang manja di lingkungan pendidikan dokter. Pernyataan itu sekaligus menanggapi viralnya beberapa kasus dugaan bullying yang terjadi di Fakultas Kedokteran di sejumlah kampus.

"Sekali lagi kita harus bedakan antara bullying sama manja, yang namanya orang salah, dihukum it's oke, tapi kalau sampai berhari-hari nggak pulang, itu nggak benar," kata Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril kepada wartawan di Jakarta, Senin (19/8/2024).

Menurut Syahril, dokter senior memarahi juniornya bila lakukan kesalahan masih termasuk hal yang wajar. Asalkan, kata Syahril, teguran tidak dilakukan langsung dihadapan pasien.

"Kalau di depan pasien kan menjatuhkan harkat martabat," imbuhnya.

Baca Juga: Nyawa Peserta PPDS Melayang, Bullying Diduga Ancam Keselamatan Dokter dan Keluarga

Dokter senior memang boleh saja memarahi serta memberikan hukuman kepada dokter yang sedang jalani Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS. Hanya saja, Syahril mengingatkan agar hukuman yang diberikan harus terukur serta diketahui oleh dosen terkait.

Dari cara bicara, dokter senior maupun junior juga diingatkan untuk tidak melontakan perkataan yang mengandung ras maupun agama tertentu.

"Jangan bawa sara, mohon maaf ya, ngomong ras tertentu, ngomong kafir itu udah garis merah. Jadi marah terukur, hukuman juga terukur, dan harus diketahui oleh dosen. Sehingga kita bisa membuat mereka tidak sarampangan juga kerjanya," kata Syahril.

Dia menegaskan bahwa Indonesia masih sangat membutuhkan dokter spesialis. Karenanya, sistem pendidikan dokter spesialis sendiri perlu dilakukan perbaikan dan tak perlu ada intimidasi apa pun.

"Menjadi dokter spesialis yang handal tidak perlu melalui proses intimidasi kekerasan," tegasnya.

Baca Juga: Profil Dokter Aulia Risma Lestari, Mahasiswa PPDS Diduga Bunuh Diri Lantaran Tak Kuat Dirundung Senior

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI