Tim peneliti ARC bersama dengan Prof. Dr. Senoo Shigeharu telah berhasil mengatasi tantangan ini dan menemukan langkah pertama dalam reproduksi sidat tropis di tempat penangkaran. Dengan memanfaatkan teknologi akuakultur yang canggih dan metode pemeliharaan yang dikembangkan oleh ARC, tim berhasil menetaskan 70.000 larva, dengan keberhasilan pemeliharaan larva selama 11 hari. Hal ini menunjukkan adanya potensi untuk memproduksi sidat tropis dalam skala besar di penangkaran.
“Pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam upaya kami untuk mengelola populasi sidat secara berkelanjutan, karena untuk pertama kalinya kami berhasil menetaskan sidat tropis di lingkungan yang terkendali,” ujar Ardi Budiono, Direktur Utama STP. “Kami yakin kemampuan untuk mereproduksi sidat di penangkaran akan berdampak signifikan pada industri akuakultur, tidak hanya di Asia namun juga secara global. Untuk memastikan keberlanjutan sidat tropis, STP akan terus menerapkan praktik budidaya sidat yang berkelanjutan, melakukan berbagai penelitian mengenai sidat, dan terus mendukung upaya untuk meningkatkan populasi sidat di habitat alami mereka, sebagai bagian dari komitmen kami terhadap budidaya perairan yang berkelanjutan.”
Dampak terhadap konservasi dan industri
Keberhasilan langkah pertama reproduksi sidat tropis dalam penangkaran ini tidak hanya menunjukkan kemajuan signifikan dalam teknologi akuakultur, namun juga memberikan harapan baru bagi konservasi sidat tropis, Anguilla bicolor, yang saat ini diklasifikasikan sebagai "Hampir Terancam/ Near Threatened (NT)" dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Dengan mengurangi ketergantungan pada penangkapan di alam liar, penelitian ini dapat berkontribusi pada konservasi populasi sidat tropis sekaligus memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.Terobosan ini mendukung praktik akuakultur berkelanjutan yang bisa melindungi populasi sidat alami dari penangkapan berlebihan.
Sebagai perusahaan industri pangan terkemuka, JAPFA secara konsisten menggunakan bibit dan metodologi budidaya yang tepat untuk memastikan efisiensi produksi protein hewani yang terjangkau dalam skala besar di iklim tropis. Terobosan dalam pembiakan sidat tropis ini sejalan dengan komitmen JAPFA terhadap produksi pangan yang efisien dan berkelanjutan di seluruh portofolio produk protein yang beragam.
"Kami melihat peluang untuk menerapkan prinsip-prinsip budidaya peternakan pada budidaya perairan dan budidaya sidat, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada glass eel yang ditangkap di alam liar," ujar Presiden Direktur PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan Direktur Eksekutif JAPFA Grup, Renaldo Santosa,.
"Dengan membudidayakan sidat tropis di penangkaran, kami berupaya menjaga kelangsungan hidup populasi sidat liar, serta berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistem. Keberhasilan ini merupakan bukti kekuatan visi, ketekunan dan inovasi, serta pentingnya kolaborasi antara industri dan akademisi dalam mengatasi tantangan produksi pangan yang berkelanjutan," tambahnya.
Baca Juga: Hadir di FHI, JAPFA Food Tawarkan Solusi Food Service dan Kustomisasi Produk