Saling Serang Pemimpin Oposisi vs PM Australia, Ternyata Picu Ketakutan Warga Gaza

Andi Ahmad S Suara.Com
Minggu, 18 Agustus 2024 | 21:42 WIB
Saling Serang Pemimpin Oposisi vs PM Australia, Ternyata Picu Ketakutan Warga Gaza
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. ANTARA/Anadolu/PY
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemimpin oposisi Peter Dutton vs Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tengah saling serang. Keduanya mempersoalkan nasib warga Gaza Palestina.

Anthony Albanese secara tegas menolak seruan oposisi untuk melarang warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza memasuki Australia, karena memicu ketakukan warga Palestina.

Sebelumnya, Pemimpin oposisi Peter Dutton telah menyerukan penghentian migrasi dari wilayah pesisir Palestina yang terkepung, dengan alasan bahwa kedatangan orang-orang dari zona perang ke Australia karena alasan membahayakan keamanan nasional.

Albanese, yang sebelumnya telah mengkritik Dutton atas seruannya, mengatakan bahwa retorika dari koalisi tersebut menyebabkan perpecahan di masyarakat pada saat kepala keamanan menyerukan "kohesi sosial," menurut laporan dari stasiun penyiaran lokal SBS News.

"Apa yang dilakukan Peter Dutton? Dia tidak berbicara tentang masalah-masalah yang menjadi perhatian rakyat Australia, yang dia lakukan adalah mencoba memicu ketakutan," kata Albanese kepada wartawan di Sydney.

"Faktanya adalah bahwa saat ini perbatasan memang ditutup, tentu saja, melalui penyeberangan Rafah," tambahnya.

Hingga saat ini, sekitar 2.922 visa untuk warga Palestina yang melarikan diri telah disetujui, dengan 1.300 di antaranya telah tiba "dengan selamat" di Australia, menurut data dari Departemen Dalam Negeri.

Sedangkan, data tersebut juga menunjukkan bahwa 7.100 visa dari wilayah Palestina telah ditolak.

Dutton pada Minggu kembali mengulangi seruan untuk melarang pemberian visa hingga proses penyaringan keamanan bisa "dijamin."

Baca Juga: Paru-paru Dunia Terluka, Kebakaran Hutan Ancam Keanekaragaman Hayati

"Kita tidak bisa memastikan siapa mereka, kecuali pemeriksaan latar belakang yang menyeluruh dilakukan," katanya dalam sebuah artikel opini yang diterbitkan pada Minggu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI