Konflik Makin Panas Jelang Muktamar: Sejarah PKB Tak Lepas dari Surat PBNU

Baehaqi Almutoif Suara.Com
Minggu, 18 Agustus 2024 | 17:50 WIB
Konflik Makin Panas Jelang Muktamar: Sejarah PKB Tak Lepas dari Surat PBNU
Kolase logo PKB dan NU. [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hubungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masih memanas jelang Muktamar VI di Bali.

Memburuknya hubungan PBNU dengan PKB disinyalir dipicu terbentuknya Panitia Khusus Hak Angket DPR-RI terkait penyelenggaraan haji 2024 yang disahkan oleh Wakil Ketua DPR-RI Muhaimin Iskandar.

Konflik keduanya makin meruncing kala PBNU memanggil sejumlah tokoh untuk dimintai keterangan mengenai PKB.

Sementara itu, kubu partai pimpinan Muhaimin Iskandar menuding PBNU berupaya merebut PKB.

Baca Juga: Resmi Didukung PKB, Bobby Ogah Pakai Kata 'Melawan' Edy Rahmayadi: Istilah Kasar, Yang Benar Siap Adu Gagasan

Terlepas dari itu, sejarah PKB sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari PBNU. Keduanya terikat kuat di masa lalu.

Sejarah Beridirinya PKB dan Surat Tugas PBNU

Mengutip dari laman resmi PKB, lahirnya partai ini tak lepas dari kondisi politik di masa Reformasi. Sesaat setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, PBNU mendapat desakan dari warga NU atau Nahdliyin terkait sikap politik.

Beberapa mengusulkan agar PBNU membentuk partai politik, ada juga yang sudah menyodorkan nama partai.

Tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan, terbanyak ialah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa. Bahkan, ada yang menyetorkan lambang partai, visi dan misi, AD/ART, hingga bentuk hubungannya dengan NU.

Baca Juga: Bukan Sekedar Kode: Menyelami Pentingnya Sandi dalam Kemerdekaan di Museum Sandi Yogyakarta

Namun, PBNU ingin berhati-hati dalam mengambil keputusan. Organisasi tetap berpegang pada hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.

Meski demikian, Nahdliyin tetap mendesak PBNU untuk membuat partai politik. Akhirnya pada 3 Juni 1998 pada rapat harian Syuriyah dan Tanfidziyah menghasiulkan keputusan membentuk Tim Lima.

Pada Tahun 2022 lalu, surat tugas Tim Lima ini pernah viral di media sosial. Surat tersebut dikeluarkan PBNU pada 20 Juni 1998.

Tim tersebut diketuai oleh KH Ma`ruf Amin (Rais Suriyah/Kordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), KH Said Aqil Siroj (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU).

Tugas dari Tim Lima tersebut untuk mengakomodir aspirasi masyarakat atau Nahdliyin.

Dalam menjalankan tugasnya, Tim Lima dibantu oleh Tim Asistensi yang terdiri dari Ketua Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota Muhyiddin Arubusman, M. Fachri Thaha Ma`ruf, Abdul Aziz, Andi Muarli Sunrawa, M. Nasihin Hasan, Lukman Saifuddin, Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar.

Tim Lima dan Asistensi mulai menggelar rapat pada 22 Juni 1998. Kemudian Tanggal 26-28 Juni 1998 rapat di Villa La Citra Cipanas menghasilkan rancangan awal partai, yanki Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik, Mabda` Siyasi, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART dan Naskah Deklarasi.

Hingga akhirnya PKB terbentuk yang dideklarasikan pada 23 Juli 1998 di Jakarta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI