Pembentukan PPKI
Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai lanjutan dari organisasi sebelumnya, BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). PPKI dibentuk dengan tujuan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia. Ir. Soekarno dipilih sebagai ketua PPKI sementara Mohammad Hatta ditunjuk sebagai wakil ketua. PPKI lantas diresmikan di Kota Saigon, Vietnam, di dekat Sungai Mekong.
Bom Nagasaki
Ancaman Sekutu kepada Jepang masih berlanjut setelah mereka melancarkan serangan bom pertama di Hiroshima. Namun, Jepang tetap pada pendiriannya, yakni bertahan dan pantang untuk menyerah. Karena keputusan itu, Sekutu menjatuhkan bom plutonium yang dijuluki denga Fat Man. Akibatnya, sebanyak 80.000 orang tewas seketika.

Peristiwa Rengasdengklok
Golongan muda memutuskan untuk menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Karawang. Peristiwa Rengasdengklok terjadi lantaran siasat para pemuda yang menginginkan kemerdekaan lebih cepat usai mengetahui kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik. Para pemuda yang terlibat dalam dalam penculikan Soekarno-Hatta ini yaitu Aidit, Wikana, Soekarni, dan Chaerul Shaleh.
Berita Menyerahnya Jepang
Berita menyerahnya Jepang menyebar di kalangan para pemuda melalui siaran BBC di radio yang sengaja diselundupkan. Ketika masa ‘penculikan’, Ahmad Soekanto dan Jusuf Kanto langsung menemui Soekarno-Hatta dan mengabarkan berita tentang menyerahnya Jepang kepada sekutu.
Perumusan Proklamasi
Setelah diculik, Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta pada malam harinya dan diantar ke kediaman Laksamada Maeda. Di sana, Soekarno-Hatta bersama Achmad Soebardjo kemudian merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rumah Laksamana Maeda dipilih lantaran ia sangat dihormati oleh angkatan perang Jepang.