Suara.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan bahwa gempa megathrust besar di Indonesia hanya tinggal menunggu waktu. Potensi gempa yang mampu menimbulkan tsunami ini dapat terjadi di dua megathrust utama di Indonesia.
Dalam keterangan resmi dikutip Kamis (15/8/2024), BMKG menyatakan adanya kekhawatiran yang dirasakan oleh para ilmuwan di Indonesia mengenai potensi Megathrust di Selat Sunda dengan kekuatan M 8.7 dan Megathrust di wilayah Mentawai-Suberut dengan magnitudo M 8.9. Kekhawatiran ini muncul karena kedua zona megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energinya, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya gempa besar.
Para ahli geologi dan seismologi pun terus memantau aktivitas di kedua wilayah ini, mengingat dampaknya yang bisa sangat merusak jika energi tersebut dilepaskan dalam bentuk gempa besar. Perhatian ekstra diberikan pada upaya mitigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat di sekitar kawasan berisiko tinggi tersebut.
Wilayah Berisiko Gempa Megathrust
Baca Juga: Diprediksi Bakal Terjadi di Indonesia, Apa Itu Gempa Megathrust?
Berikut ini adalah wilayah-wilayah di Indonesia yang diprediksi memiliki risiko terkena dampak jika gempa Megathrust yang diperingatkan oleh BMKG terjadi.
1. Pesisir Barat Sumatera
Sumatera, terutama bagian barat, menjadi salah satu daerah yang berpotensi besar terdampak oleh gempa Megathrust. Wilayah ini berpotensi mengalami gempa hingga magnitudo 8,9 dan tsunami yang dapat mencapai puluhan meter.
Beberapa wilayah di Sumatera yang memiliki risiko tinggi antara lain:
- Aceh: Banda Aceh, Meulaboh, dan kota pesisir lainnya.
- Sumatera Utara: Medan, Sibolga, Nias.
- Sumatera Barat: Padang, Pariaman, Kepulauan Mentawai.
- Bengkulu: Bengkulu, Mukomuko, Enggano.
- Lampung: Bandar Lampung, Kalianda, pesisir Lampung.
2. Pesisir Selatan Jawa
Baca Juga: Apa Saja Isi Tas Siaga Bencana? Perlu Disiapkan di Tengah Ancaman Gempa Megathrust
Jawa juga diprediksi akan terkena dampak dari gempa Megathrust, khususnya di wilayah pesisir selatan. Wilayah ini berpotensi mengalami gempa besar yang disertai dengan tsunami.
Wilayah di Jawa yang berisiko tinggi mencakup:
- Banten: Anyer, Carita, Pandeglang.
- Jawa Barat: Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap.
- Daerah Istimewa Yogyakarta: Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo.
- Jawa Tengah: Kebumen, Purworejo, Cilacap.
- Jawa Timur: Pacitan, Trenggalek, Banyuwangi.
3. Nusa Tenggara
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang berpotensi terdampak oleh gempa besar Megathrust. Wilayah ini, dengan kondisi geografis dan tektonik yang kompleks, membuat risiko bencana alam seperti ini menjadi semakin tinggi.
Beberapa wilayah dengan risiko tinggi di Nusa Tenggara adalah:
- Nusa Tenggara Barat: Mataram, Lombok, Sumbawa.
- Nusa Tenggara Timur: Kupang, Flores, Sumba.
4. Sulawesi Utara
Sulawesi Utara memiliki potensi terdampak gempa besar karena letak Megathrust yang berada di lepas pantai utara Sulawesi, yang dapat menimbulkan tsunami.
Wilayah berpotensi di Sulawesi Utara meliputi:
- Bitung
- Manado
- Bolaang Mongondow
5. Maluku
Maluku juga termasuk dalam wilayah yang berpotensi terkena dampak gempa besar dan tsunami yang dipicu oleh Megathrust di Laut Banda.
Wilayah di Maluku yang berisiko antara lain:
- Ambon
- Ternate
- Kepulauan Banda
Meski demikian, penting untuk tetap tenang dan tidak panik, agar dapat bertindak cepat dalam menghadapi situasi darurat.
Penjelasan BMKG Soal Gempa Megathrust di Indonesia
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa ada kekhawatiran terkait Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9, yang mana zona-zona ini telah lama tidak mengalami gempa besar.
Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 mencatat bahwa segmen Megathrust Mentawai-Suberut dan Megathrust Selat Sunda terakhir kali mengalami gempa besar lebih dari ratusan tahun lalu. Megathrust Selat Sunda tercatat pernah 'pecah' pada 1699 dan 1780 dengan M 8.5. Sementara Megathrust Mentawai-Siberut tercatat mengalami gempa M 8.7 pada 1797 dan M 8.9 pada 1833.
Meskipun ada kekhawatiran, Daryono menyarankan masyarakat untuk tidak terlalu khawatir karena BMKG telah menyiapkan sistem pemantauan, pemrosesan, dan penyebaran informasi gempa serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
BMKG juga memiliki sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) yang siap digunakan untuk menyebarluaskan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami ke seluruh Indonesia.
Selain itu, BMKG juga telah melakukan berbagai upaya mitigasi, seperti edukasi, pelatihan mitigasi, drill, hingga evakuasi berbasis pemodelan tsunami. Upaya ini telah disosialisasikan kepada instansi terkait, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, serta industri pantai dan infrastruktur kritis seperti pelabuhan dan bandara pantai.
Karakteristik Gempa Megathrust
Gempa bumi megathrust berasal dari zona megathrust, yaitu bagian dangkal dari suatu jalur pada zona subduksi yang memiliki sudut landai. Megathrust adalah daerah pertemuan antar lempeng tektonik yang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami.
Menurut para ahli, zona megathrust adalah jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang namun relatif dangkal. Gempa megathrust terjadi ketika lempeng bumi menumpuk, dengan lempeng di bawahnya mendorong lempeng di atasnya.
Zona megathrust merupakan sumber gempa yang terjadi akibat tabrakan antara lempeng tektonik di kedalaman yang relatif dangkal. Ketika gempa terjadi, lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra akan terdorong ke atas, sehingga memicu gempa besar yang dapat diikuti oleh tsunami.
Gempa megathrust umumnya memiliki magnitudo maksimum berkisar antara 9,3 hingga 10,3. Gempa megathrust paling besar yang pernah tercatat adalah gempa Valdivia pada tahun 1960, dengan magnitudo antara 9,4 hingga 9,6.
Mitigasi Gempa Megathrust
Gempa megathrust yang kuat dapat menyebabkan tsunami. Oleh karena itu, pemahaman mitigasi untuk gempa bumi dan tsunami sangat penting.
Prabencana:
- Rencanakan cara menyelamatkan diri.
- Lakukan latihan rutin seperti merunduk, melindungi kepala, dan bersembunyi di bawah meja.
- Sediakan alat pemadam kebakaran, peralatan keselamatan standar, dan obat-obatan.
- Bangun konstruksi rumah tahan gempa.
- Perhatikan daerah rawan gempa dan ikuti aturan penggunaan lahan dari pemerintah.
Saat Bencana:
- Berlindung di bawah meja, kemudian keluar dari rumah jika sudah aman.
- Perhatikan potensi bahaya seperti pecahan kaca, genteng, atau material lain saat keluar rumah.
- Hindari penggunaan lift, gunakan tangga darurat untuk evakuasi.
Pascabencana:
- Waspadai gempa susulan.
- Periksa adanya potensi kebakaran.
- Berdiri di tempat terbuka.
- Hindari daerah rawan longsor.
- Jika di dalam mobil, hindari berhenti di bawah jembatan atau rambu lalu lintas.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama