Suara.com - Calon Wakil Presiden dari Partai Demokrat, Tim Walz, membela catatan militernya setelah mendapat kritik tajam dari pesaingnya dari Partai Republik, JD Vance.
Dalam sebuah pidato di hadapan para anggota Federasi Pegawai Negara Bagian, Kabupaten, dan Kota Amerika (AFSCME) di Los Angeles, Walz dengan tegas menyatakan kebanggaannya atas pengabdian militernya.
"Saya sangat bangga atas pengabdian saya kepada negara ini," ujar Walz, Selasa.
Pernyataan ini muncul sebagai respons atas tuduhan dari JD Vance, seorang veteran Marinir dan calon Wakil Presiden mendampingi Donald Trump. Vance sebelumnya mempertanyakan rekam jejak militer Walz, menuduhnya melakukan pencurian keberanian.
Baca Juga: Ancaman Iran Meningkat, Biden Tekankan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza
Vance mengklaim bahwa Walz, yang telah bertugas di Garda Nasional Angkatan Darat selama lebih dari dua dekade, tidak pernah berada di zona pertempuran.
"Dia tidak pernah menghabiskan sehari pun di zona pertempuran," kata Vance dalam sebuah acara kampanye di Michigan.
"Saya akan malu jika saya jadi dia dan berbohong tentang dinas militer saya seperti yang dia lakukan." lanjutnya.
Menanggapi tuduhan tersebut, Walz menegaskan bahwa keputusannya untuk keluar dari dinas militer tidak didorong oleh keengganan untuk ditempatkan di medan perang.
Ia juga menekankan bahwa pengabdiannya kepada negara tidak hanya terbatas pada masa dinas militernya, tetapi juga berlanjut melalui advokasi bagi para veteran selama menjabat sebagai anggota kongres.
Baca Juga: Kapan Iran Balas Dendam ke Israel Atas Pembunuhan Ismail Haniyeh? Amerika Serikat Bocorkan Waktunya
"Dengan dorongan ayah saya, seorang veteran Perang Korea, saya mendaftar di Garda Nasional Angkatan Darat dua hari setelah ulang tahun saya yang ke-17," ungkap Walz.
"Saya mengabdi selama 24 tahun berikutnya karena cinta saya pada negara ini. Pada tahun 2005, saya merasa dipanggil kembali untuk mengabdi kepada negara di gedung Kongres." lanjutnya.
Vance kemudian merespons komentar Walz melalui media sosial, menulis bahwa Walz tidak seharusnya berbohong mengenai pengabdiannya. Vance juga menantang Walz untuk membahas masalah ini lebih lanjut dalam debat mendatang.
"Senang bisa membahas lebih lanjut dalam debat." kata Vance.
Kontroversi ini menjadi salah satu isu hangat dalam kampanye pemilihan wakil presiden, menyoroti perbedaan pandangan kedua kandidat terkait makna pengabdian militer dan bagaimana hal itu seharusnya dipresentasikan kepada publik.