Suara.com - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan sejarah geopolitik Indonesia dalam pidatonya usai memberikan surat keputusan atau SK rekomendasi dukungan kepada 13 bakal calon gubernur dan wakil wali gubernur untuk Pilkada 2024, Rabu (14/8/2024).
Dalam agenda yang digelar di Kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Megawati mengungkap percakapannya dengan sang Ayah, Presiden pertama RI, Soekarno.
"Banyak yang menanyakan begini, Kenapa sih Bung Karno capek-capek merebut Irian Barat? Nah saya nanya," kata Megawati.
Megawati yang tampil mengenakan baju hitam kemudian meneruskan pidatonya dalam agenda tersebut.
"Bapak saya mengatakan 'karena itu di dalam traktat dengan Hindia Belanda, semua yang kita punya ini (Megawati menunjuk peta indonesia) dulu, adalah daerah jajahan dari Belanda'," katanya.
Ia kemudian melanjutkan, sambil melihat peta Indonesia yang terpajang di Kantor DPP PDIP, menunjukan bahwa wilayah Kalimantan Utara seharusnya hingga wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Dan malah beliau (Bung Karno) bilang, seharusnya. Jadi, Kalimantan Utara itu yang arahnya ke sana, ada Brunei (Darussalam), Malaysia, makanya kan enak nih nerangkannya. Jadi, seperti Sarawak, Sabah itu seharusnya Kalimantan Utara itu masuk ke kita," katanya.
Meski begitu, ia mengemukakan, wilayah tersebut belum bisa menjadi teritori Indonesia karena aksi Dwikora.
"Tapi belum bisa karena waktu itu Bung Karno melakukan yang namanya Dwikora," ujarnya.
Baca Juga: Hari Ini, Megawati Umumkan Pengusungan 12 Bakal Cagub-Cawagub, 293 Bakal Calon Bupati/Wali Kota
Anak kedua Bung Karno ini melanjutkan dengan menceritakan pengalaman bertemu mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Saat bertemu mereka, Megawati mengatakan, kedua orang tersebut menyampaikan terima kasih kepada Bung Karno. Ucapan tersebut, menurut Megawati, lantaran Bung Karno dianggap punya peran Malaysia lepas dari Inggris.
"Jadi kalau saya bertemu dengan Pak Mahathir, Pak Anwar Ibrahim, beliau bilang terima kasih sekali kami kepada bapakmu, karena malaysia bukan lagi miliknya Inggris. Gitu loh, ini sejarah," ujarnya.