Suara.com - Seorang pekerja berusia 42 tahun dengan disabilitas belajar telah mengalami pelecehan verbal, omelan, dan bahkan serangan fisik dari pelanggan selama bertahun-tahun saat bekerja di sebuah restoran di Jalan Dusun Muda di Kota Bharu.
Ia terus menghadapi perlakuan buruk karena kesalahpahaman yang muncul saat menerima pesanan.
Berpengalaman bekerja di restoran tersebut selama delapan tahun, pengalaman Che Mohd Fadil Che Abdul Rahman menyoroti kerentanan yang dihadapi oleh para penyandang disabilitas (OKU: Orang Kurang Upaya) di tempat kerja, khususnya dalam peran yang berhadapan langsung dengan pelanggan.
Ia telah menghadapi omelan dan ejekan, dan dalam satu kejadian, pria berusia 42 tahun itu bahkan diserang secara fisik oleh seorang pelanggan karena melakukan kesalahan saat menerima pesanan.

Menanggapi insiden yang berulang, ia dipaksa mengenakan tanda nama bertuliskan "Maaf, Saya OKU" sebagai tindakan perlindungan. Namun, hal ini tidak sepenuhnya mencegah insiden lebih lanjut, menurut Berita Harian.
Fadil, yang akrab disapa Pakdo, menggambarkan pekerjaannya sebagai pekerjaan yang menegangkan, terutama ketika banyak pesanan membuatnya kewalahan dan bingung.
"Pekerjaan saya adalah menerima pesanan, dan ketika ada banyak instruksi yang membingungkan, saya menjadi stres," katanya.
Pengenalan label nama tersebut telah menyebabkan berkurangnya keluhan pelanggan kepada majikannya, Wan Marnizena Najib, 48 tahun, karena beberapa pelanggan menyadari kondisinya.
"Banyak pelanggan menjadi lebih pengertian sejak saya mulai mengenakan label tersebut; keluhan tentang saya semakin berkurang akhir-akhir ini," katanya seperti dikutip oleh harian Melayu.
Baca Juga: Tolak Karyawan dengan Shio Anjing, Perusahaan Ini Dikecam: Saya Tidak Mengidap Rabies
Namun, perlunya label seperti itu menyoroti kurangnya dukungan bagi pekerja penyandang disabilitas.