Terungkap! Stigma Ini Bikin Istri Korban KDRT Pilih Bertahan

Rabu, 14 Agustus 2024 | 08:47 WIB
Terungkap! Stigma Ini Bikin Istri Korban KDRT Pilih Bertahan
Ilustrasi Kekerasan dalam Rumah Tangga. (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selebgram sekaligus mantan atlet anggar Cut Intan Nabila jadi perbincangam usai mengungkap sendiri kejadian KDRT yang dilakukan oleh suaminya Armor Toreador. 

Dari pengakuannya di media sosial, Intan rupanya telah mengalami kekerasan selama bertahun-tahun. Namun, dia tetap pilih mempertahankan rumah tangganya demi anak-anaknya. 

Keputusan seperti itu rupanya masih lazim ditemui akibat pengaruh stigma budaya ketimuran yang ada pada masyarakat Indonesia. 

Psikolog klinis Nirmala Ika menjelaskan, kasus KDRT tidak pernah bisa dilepaskan dari pembicaraan mengenai peran gender dalam rumah tangga. 

Baca Juga: Apa Itu Siklus Kekerasan? Jadi Sorotan Dalam Kasus KDRT Selebgram Cut Intan Nabila

"Secara tidak sadar, masyarakat, budaya, sistem pendidikan, bahkan negara kita membedakan perempuan dan laki-laki. Di mana posisi perempuan ditempatkan sebagai yang harus mempertahankan keluarga, harus mengasuh anak."

"Jadi seolah-olah ketika dalam rumah tangga ada masalah, yang harus bertahan, harus berubah adalah istrinya," jelas Nirmala kepada Suara.com, dihubungi Selasa (13/8/2024). 

Pemikiran seperti itu juga tertanam pada perempuan sendiri akibat didikan lingkungan serta stigma yang terus ada di masyarakat. Sehingga, ketika sudah menikah, perempuan pun merasa harus mempertahankan rumah tangganya apa pun yang terjadi.

"Apalagi ketika kita bicara sudah punya anak, dia sudah tidak lagi melihat dirinya hanya sebagai perempuan, tapi sebagai ibu. Dia harus melindungi anaknya. Belum lagi secara stigma di masyarakat, janda punya stigma yang lebih buruk dibandingkan perempuan bersuami. Jadi ya banyak alasan kenapa akhirnya perempuan bertahan," tuturnya.

Akan tetapi, Nirmala menegaskan bahwa KDRT termasuk suatu tindakan yang tidak bisa ditoleransi. Terlebih bila hanya sisi korban yang berusaha untuk memperbaiki hubungan. 

Baca Juga: KDRT dan Selingkuhi Istri, Armor Toreador Ternyata Sempat Ditolak Cut Intan Nabila

Psikolog di Rumah Sakit Pluit itu menyampaikan bahwa dalam rumah tangga perlu kerjasama suami dan istri dalam upaya memperbaiki hubungan, terutama bila sudah diwarnai aksi kekerasan.

"Dampak dari kekerasan sangat besar. Belum lagi kita bicara sebenarnya terhadap anak, maksudnya akan berdampak kepada anaknya juga. Jadi kata-kata tadi bahwa saya bertahan demi anak, jadi dipertanyakan," ucap Nirmala.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI