Suara.com - Serangan pesawat tempur Israel menghantam Sekolah Al-Taba'een yang terletak di lingkungan Al-Daraj, timur Kota Gaza pada Sabtu. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 100 warga Palestina, sebagian besar dari mereka merupakan pengungsi yang berkumpul di halaman sekolah untuk menjalankan Salat Subuh.
Para saksi mata melaporkan bahwa ledakan terjadi dengan kekuatan yang sangat besar, menyebabkan potongan-potongan tubuh berserakan di sekitar lokasi.
Tim wartawan, tenaga medis, dan pertahanan sipil yang mencoba menangani situasi menghadapi kesulitan besar akibat banyaknya korban dan kerusakan yang parah, dengan beberapa mayat bahkan terbakar.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan asap hitam membubung tinggi dari sekolah, disertai dengan teriakan panik dari orang-orang yang berada di lokasi. Serangan ini terjadi di tengah-tengah upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata, dengan Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat mendesak segera diakhirinya kekerasan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Cerita Relawan Indonesia di Gaza, Banyak Persoalan Utama Yang Harus Dibantu, Salah Satunya Ini
Kejadian ini menambah daftar panjang kekerasan yang melanda Gaza, memicu kecaman dari berbagai pihak internasional terhadap meningkatnya tindakan kekerasan di kawasan tersebut.
Sementara itu, pihak Israel memberikan tanggapan resmi terkait serangan pesawat tempur mereka di Sekolah Al-Taba'een yang mengakibatkan kematian lebih dari 100 warga Palestina.
Israel mengklaim, bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menargetkan fasilitas yang digunakan oleh kelompok militan di Gaza. Mereka menyatakan bahwa lokasi yang diserang terhubung dengan aktivitas terorisme yang mengancam keamanan Israel.
Mereka juga mengungkapkan bahwa serangan dilakukan berdasarkan informasi intelijen yang menyebutkan adanya aktivitas militan di area tersebut. Israel mengklaim bahwa mereka berusaha meminimalkan kerugian sipil dan menargetkan hanya lokasi-lokasi yang terkait dengan ancaman teror.
Baca Juga: Kenapa AS, Prancis dan Jerman Tidak Mendesak Israel Untuk Menjaga Stabilitas Timur Tengah?