Kisah Para Penjaga Surga Bawah Laut di Pulau Bunaken: Konservasi dan Tantangan Eksploitasi

Minggu, 11 Agustus 2024 | 12:51 WIB
Kisah Para Penjaga Surga Bawah Laut di Pulau Bunaken: Konservasi dan Tantangan Eksploitasi
Transplantasi terumbu karang metode rangka laba-laba atau spider di Bunaken. (Dokumentasi: Balai Taman Nasional Bunaken).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Faat Rudhianto. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]
Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Faat Rudhianto. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

"Kalau di sini mungkin sekira 30 persen saja yang terumbu karangnya rusak di Taman Nasional Bunaken. 30 persen butuh ditransplantasi," tambahnya.

Diungkapkan Faat, kerusakan terumbu karang akibat non alam biasanya terjadi akibat aktivitas pencarian ikan atau nelayan. Namun justru para nelayan yang kurang memerhatikan kelesatarian itu berasal dari luar wilayah bukan masyarakat asli Bunaken.

"Sehingga nelayan-nelayan yang sejak semula atau yang melakukan jauh sebelum Taman Nasional ini mereka memang bukan orang Manado asli atau Sulawesi Utara asli tapi biasanya yang melakukan destructif fishing itu kan orang-orang yang datang," ungkapnya.

Destructive fishing yang menjadi salah satu menjadi penyebab kerusakan terumbu karang itu adalah pengeboman ikan dan melakukan pembiusan dengan potasium. 

"Sehingga kerusakan itu tidak terlalu signifikan, memang ada kerusakan. Misalnya ada di pulau tertentu yang didominasi oleh turis tertentu yang kita tahu perilaku mereka kebiasaan mereka dalam menangkap lingkungan tidak ramah lingkungan atau mereka yang melakukan destructif," sambungnya.

Transplantasi karang itu sebagai upaya dalam mengembalikan atau memulihkan ekosistem yang terlanjur rusak. Disampaikan Faat, rehabilitasi atau pemulihan ekosistem terumbu karang dengan pemulihan ekosistem di daratan atau teresterial ini sangat berbeda.

Perlu metode yang tepat untuk menyasar titik-titik terumbu karang yang rusak. Dari segi biaya pun transplantasi karang membutuhkan lebih besar ketimbang rehabilitasi di daratan.
 
"Kalau di laut costnya sangat besar, metodenya harus tepat, medianya juga harus tepat," ucapnya.

Media yang paling tepat dan masih digunakan saat ini adalah jaring laba-laba atau spider. Faat mengungkapkan hasil transplantasi karang sejak beberapa waktu lalu sudah mulai terlihat.

"Di TN Bunaken arusnya sangat kuat dan karena itu media rangka spider yang paling menentukan keberhasilan suatu transplantasi karang," ujarnya. 

Baca Juga: Peringati Hari Konservasi Alam, PDIP Gelar Seminar Dan Undang Para Pemulung Berdialog

"Dengan metode (spider) itu lah kami sudah mendapatkan hasil yang signifikan dalam melakukan kegiatan transplantasi karang ini," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI