"2021 ada pembatasan kunjungan memang dari kami sementara pemulihan covid kami batasi maksimal 50 persen yang boleh. Tahun selanjutnya boleh dibuka full," imbuhnya.
Adi tak memungkiri Taman Nasional Bunaken memang menjadi daya tarik para diver atau penyelam dari seluruh dunia. Pesona reef wall Bunaken itu menjadi sajian utama bagi para penyelam.
"Memang yang paling unik di Bunaken dan jarang ditemui di tempat lain adalah reef wall-nya. Jadi terumbunya berbentuk wall. Jadi turun ke bawah, kayak kita menghadap tembok," tuturnya.
"Kalau di tempat lain terumbu karang kayak di lantai, kita dari atas lihat terumbu karang. Kalau di sini reef wall, semakin turun semakin turun semakin ke kedalaman tertentu istilahnya semakin penasaran. Jadi kami ada beberapa spot divenya. Jadi punya karakter sendiri-sendiri," sambungnya.
Tak jarang ada turis yang nekat masuk kawasan konservasi tanpa melewati petugas. Namun untuk tetap menjaga kawasan tersebut lestari, petugas akan terus memonitoring area konservasi.
"Petugas kami melakukan pengecekan setiap aktivitas mereka, misal mereka ada menyelam di satu lokasi kami nanti cek mereka tamu darimana sudah membayar pnbp belum. Jadi di kami ada penerimaan negara bukan pajak, masuk kawasan konservasi," tandasnya.
30 Persen Terumbu Karang Rusak
Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Faat Rudhianto, mengatakan sebenarnya kerusakan pada terumbu karang di wilayah TN Bunaken secara presentase tidak terlalu masif. Hal itu berkat andil dari karakteristik budaya masyarakat setempat.
"Kalau kerusakan ya mungkin, kalau presentase tidak terlalu besar kalau di TN Bunaken, karena berbeda dengan taman nasional yang lain, karena di sini berbeda karakteristik masyarakat budaya sangat mempengaruhi," kata Faat.
Baca Juga: Peringati Hari Konservasi Alam, PDIP Gelar Seminar Dan Undang Para Pemulung Berdialog
Luasan Taman Nasional Bunaken yang terisi oleh terumbu karang sendiri mencapai 6.000 hektare. Dari luasan itu 30 persen membutuhkan pemulihan akibat kerusakan.