Suara.com - Pemimpin kelompok Houthi di Yaman, Abdul Malik al-Houthi, menegaskan bahwa pembalasan atas serangan Israel terhadap pelabuhan yang dikuasai milisi yang didukung Iran adalah suatu keniscayaan. Pernyataan ini disampaikan dalam pidato yang disiarkan secara langsung pada hari Kamis, menambah ketegangan di kawasan yang telah meningkat setelah Iran juga berjanji akan membalas Israel atas pembunuhan dua pemimpin militan yang bersekutu dengan Teheran pekan lalu.
Serangan Israel pada 20 Juli yang menargetkan tangki penyimpanan bahan bakar di pelabuhan Hodeida menjadi titik balik baru dalam konfrontasi antara Israel dan kelompok Houthi. Serangan ini merupakan yang pertama kali diklaim oleh Israel di negara termiskin di Semenanjung Arab tersebut, dan menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur pelabuhan serta menewaskan sedikitnya sembilan orang.
Abdul Malik al-Houthi menyatakan bahwa balasan terhadap serangan ini tidak terelakkan dan pasti akan datang.
Ia juga menekankan bahwa pertempuran dengan Israel saat ini berada pada puncaknya, di mana kelompok Houthi melihat dirinya sebagai bagian dari poros perlawanan yang didukung Iran, yang mencakup kelompok militan di Irak, Suriah, dan Lebanon.
Baca Juga: Wanita Berkewarganegaraan AS-Rusia Dituntut 15 Tahun Penjara usai Donasi ke Lembaga Pro-Ukraina
Menanggapi ini, Israel juga telah meningkatkan langkah-langkah pertahanan, dengan dukungan dari Amerika Serikat. Al-Houthi menjelaskan bahwa penundaan respons dari pihaknya dan sekutunya di kawasan adalah murni taktis dan bertujuan untuk memberikan balasan yang benar-benar berdampak.
"Keputusan untuk merespons adalah keputusan yang diambil oleh semua pihak, di tingkat seluruh poros," ujarnya.
Sejak November, Houthi telah melancarkan serangkaian serangan rudal dan drone terhadap kapal-kapal yang terhubung dengan Israel di Teluk Aden dan Laut Merah. Serangan-serangan ini, yang mereka katakan sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina di tengah konflik Gaza, telah mengganggu lalu lintas maritim di kawasan tersebut. Al-Houthi menyebutkan bahwa penurunan lalu lintas maritim ini merupakan kemenangan besar, dengan total 177 kapal yang telah menjadi target mereka.