Gantikan Ismail Haniyeh, Yahya Sinwar Langsung Beri Peringatan Keras Untuk Israel, Siap Balas Dendam?

Andi Ahmad S Suara.Com
Rabu, 07 Agustus 2024 | 17:39 WIB
Gantikan Ismail Haniyeh, Yahya Sinwar Langsung Beri Peringatan Keras Untuk Israel, Siap Balas Dendam?
Pemimpin politik baru Hamas, Yahya Sinwar (tengah). ANTARA/Anadolu
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Yahya Sinwar ditunjuk sebagai kepala biro politik Hamas atau pengganti almarhum Ismail Haniyeh nampaknya langsung memberikan peringatan keras kepada Israel.

Hal tersebut usai Yahya Sinwar ditunjuk sebagai pengganti Ismail Haniyeh oleh kelompok pejuang Palestina Hamas.

Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan keputusan Hamas menunjuk Sinwar sebagai pemimpin kelompok itu mengandung pesan yang bisa berdampak keras bagi Israel beserta sekutu-sekutunya.

Sementara itu, pemimpin Hamas Osama Hamdan mengatakan melalui rekaman pesan bahwa penunjukan Sinwar untuk memimpin biro politik Hamas "menegaskan kembali persatuan gerakan ini dan kesadaran akan bahaya yang dihadapi."

Baca Juga: Meme Ajaib! Bagaimana Sebuah Lelucon Sederhana Bisa Menjadi Topik Panas

Ia mengatakan keputusan tersebut juga menunjukkan bahwa "pembunuhan-pembunuhan oleh Israel tidak akan berhasil mematahkan gerakan perlawanan."

Yahya Sinwar ditunjuk sebagai kepala biro politik yang baru oleh Hamas pada Selasa (6/8).

Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli 2024.

Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai pihak yang membunuh Haniyeh. Namun, pemerintah Israel tidak membantah ataupun mengonfirmasi bertanggung jawab atas insiden tersebut.

Sinwar adalah pemimpin Hamas yang paling dicari oleh Israel.

Baca Juga: Menakar Peluang Menang Kamala Harris dan Tim Walz di Pilpres AS

Israel menuduh Sinwar mendalangi serangan lintas batas pada 7 Oktober tahun lalu oleh Hamas, yang mendorong Israel untuk melancarkan serangan militer yang menghancurkan Jalur Gaza serta telah menewaskan lebih dari 39.600 korban.

Sepuluh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) dituduh melakukan genosida.

ICJ telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah --tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang, sebelum kota di Gaza selatan itu juga diserang pada 6 Mei tahun ini. [Antara].

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI