"Dengan adanya RDTR digital itu, investor yang melakukan kegiatan investasi tidak perlu proses verifikasi. Karena tata ruangnya sudah sesuai dengan sistem, itu otomatis diberikan perizinan perusahaannya. Berarti, untuk UMKM, berisiko rendah. Jadi, tidak sampai lima menit diberikan perizinan perusahaannya," ujar Yuliot.
Terobosan kedua, Pemprov DKI Jakarta membuat layanan antar jemput untuk pengurusan dokumen Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). PBG ini diperlukan saat pengusaha ingin mengubah fungsi bangunannya jadi tempat usaha. "Jadi, pelaku usaha menyampaikan ke Pemda DKI Jakarta, ini berkas-berkasnya, kemudian bisa dijemput, dievaluasi, serta diberitahukan kekurangannya,” tutur Yuliot.
Ia juga mengungkapkan, Pemprov DKI Jakarta terus mendorong pertumbuhan iklim investasi melalui infrastruktur yang memadai. Mulai dari layanan air bersih, jalan, hingga sarana lainnya dibenahi, agar memberi kenyamanan kepada para investor.
"Ini sangat luar biasa. Kami mengharapkan, ini akan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain yang juga menarik investasi," tuturnya.
Harapan Pascapindah Ibu Kota
Sementara itu, salah satu investor penerima JIA 2024 kategori Penanaman Modal Asing (PMA), Santi Wijaya, selaku Direktur Keuangan Park Royal Services Suites membeberkan alasan grup bisnisnya, The Pan Pacific Hotels, yang berbasis di Singapura, memilih berinvestasi di Jakarta. “Kami masih belum punya cabang di Indonesia. Jadi, kami pilih Jakarta. Karena Jakarta salah satu potensi terbesar dan untuk harapan saat Jakarta sudah tak jadi Ibu Kota," jelasnya.
Santi berharap, Jakarta akan terus berkembang sebagai pusat bisnis, meski tak lagi menyandang status sebagai ibu kota. “Jakarta bisa berkembang sebagai pusat bisnis, seperti New York, sehingga perhotelan yang kami kembangkan di sini tetap maju,” paparnya.
Sedangkan ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menegaskan, Jakarta merupakan daerah di Indonesia yang paling berpotensi menjadi kota bisnis berskala global. "Jakarta sangat luas dengan potensi ekonomi yang terus tumbuh. Setiap tahun arus urbanisasi membuat pasar Jakarta semakin tinggi. Belum lagi ditopang oleh teknologi yang cepat diadaptasi oleh masyarakat Jakarta," tandasnya.
Huda pun yakin, perpindahan status ibu kota dari Jakarta ke Nusantara tak akan memengaruhi minat investor untuk terus datang ke Jakarta. "Aktivitas ekonomi yang sudah normal, bahkan meningkat, saya rasa, mendongkrak minat investor untuk investasi di Jakarta. Bahkan, setelah IKN pindah ke Kaltim, ekonomi Jakarta tetap menarik. Sektor ekonomi yang tumbuh pesat adalah sektor tersier berupa jasa, karena memang berkembangnya ke arah sana. Hotel, perdagangan, dan sektor real estate bisa berkembang di Jakarta untuk ke depan," terangnya.
Baca Juga: Heru Budi Ungkap Kemungkinan Jokowi Terbitkan Keppres Perpindahan Ibu Kota, Ini Tanggalnya