Suara.com - Hampir 100 orang dilaporkan tewas ketika demonstrasi mahasiswa yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina berbenturan dengan polisi dan aktivis partai berkuasa di Bangladesh. Menurut harian Prothom Alo, sedikitnya 95 orang tewas dalam bentrokan tersebut, Minggu.
Kementerian Dalam Negeri Bangladesh telah memberlakukan jam malam nasional tanpa batas waktu untuk meredam kekerasan, yang mulai berlaku pada pukul 18.00 waktu setempat (12.00 GMT). Selain itu, layanan internet dihentikan dan platform media sosial seperti Facebook dan WhatsApp tidak dapat diakses.
Kerusuhan terbaru ini terjadi setelah setidaknya 200 orang tewas dan ribuan lainnya terluka ketika protes mahasiswa bulan lalu, yang dipicu oleh sistem kuota yang memberikan 30% pekerjaan pemerintah kepada kerabat veteran, berubah menjadi kekerasan.

Setidaknya 10.000 orang lainnya ditangkap dalam insiden tersebut.
Mahkamah Agung Bangladesh telah memangkas sistem kuota tersebut. Namun, para mahasiswa kembali turun ke jalan menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina serta keadilan bagi mereka yang tewas.
Para demonstran dan kelompok hak asasi manusia menuduh pemerintah menggunakan kekuatan berlebihan, yang dibantah oleh perdana menteri dan para menterinya.
Kekerasan pada hari Minggu menyaksikan pengunjuk rasa menargetkan sebuah rumah sakit umum besar di ibu kota Dhaka, membakar beberapa kendaraan.
Di bagian lain kota, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa yang memblokir jalan utama. Menurut saksi mata, beberapa bom rakitan diledakkan dan terdengar tembakan senjata api.
Mahasiswa pengunjuk rasa meluncurkan program non-kooperasi untuk menekan pemerintah agar mengundurkan diri. Mereka menyerukan masyarakat untuk tidak membayar pajak dan tagihan utilitas serta mendesak masyarakat untuk tidak bekerja pada hari Minggu, yang merupakan hari kerja di Bangladesh.
Baca Juga: Internet di Bangladesh Terputus Jelang Long March Anti Pemerintah ke Dhaka

Menanggapi hal itu, perdana Menteri Hasina menawarkan dialog dengan pemimpin mahasiswa pada hari Sabtu, tetapi seorang koordinator menolak, dengan satu tuntutan utama yaitu pengunduran dirinya. Ia berjanji akan menyelidiki kematian tersebut secara menyeluruh dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.