Pemberian Susu dalam Program Makan Bergizi Bisa Jadi Baik, Tapi Pemerintah Harus Lakukan Ini

Jum'at, 02 Agustus 2024 | 13:42 WIB
Pemberian Susu dalam Program Makan Bergizi Bisa Jadi Baik, Tapi Pemerintah Harus Lakukan Ini
Wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka saat membagikan makan siang kepada para siswa SDN Tugu Solo, Jawa Tengah, Jumat (26/7/2024). (ANTARA/Aris Wasita)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada atau tidaknya susu UHT dalam menu makan bergizi gratis untuk anak sekolah belum benar-benar ditetapkan oleh pemerintah. Sampai saat ini, uji coba masih terus dilakukan di sejumlah sekolah di berbagai daerah.

Pakar Gizi Masyarakat Intitut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ali Khomsan menyampaikan bahwa pemberian susu lewat program tersebut sebenarnya bisa jadi satu hal yang baik. Terlebih, masyarakat Indonesia tergolong rendah dalam konsumsi susu dibandingkan negara lain.

"Konsumsi susu bangsa kita masih sangat rendah. Oleh karena itu, sebenarnya kesempatan makan bergizi gratis ini kalau ada susu tentu akan sangat baik. Karena akan mengingkatkan konsumsi susu secara keseluruhan bagi anak-anak," kata Ali kepada Suara.com, dihubungi Kamis (1/8/2024).

Di antara negara Asia, lanjut Ali, Indonesia tergolong paling rendah dalam jumlah konsumsi susu. Di sisi lain, industri dalam negeri di Indonesia juga belum banyak yang memproduksi susu tetra pak.

Menurut Ali, apabila pemerintah memutuskan tetap memberi susu lewat program makan bergizi, maka diperlukan impor besar-besaran untuk memenuhi target 82,9 juta anak yang ingin dijangkau.

"Kita harus memahami bahwa susu di Indonesia ini 70 persen masih impor dari luar. Karena memang produksinya masih sangat kurang yang di dalam negeri."

"Sehingga ketika ada demand terhadap pemenuhan susu untuk anak-anak sekolah, anak di pesantren, maka itu tentu saja akan membutuhkan impor yang sangat besar dari susu yang berasal dari luar," tuturnya.

Akan tetapi, dengan anggaran yang terbatas hanya Rp 15 ribu per anak, Guru Besar IPB itu menyarankan, sebaiknya pemerintah tidak perlu memberikan susu.

Bila tetap dipaksakan, khawatirnya akan mengurangi lauk bergizi pada porsi nasi yang diberikan.

Baca Juga: Bila Makan Bergizi Tanpa Susu, Pakar IPB Ingatkan Orangtua Harus Tetap Penuhi Kalsium Anak

"Kalau kita lihat sebenarnya Rp 15 ribu itu mungkin idealnya adalah tanpa susu. Karena susunya sendiri sudah Rp 5.600. Kalau budget-nya Rp15 ribu berarti Rp 10 ribu untuk meals atau makanan lengkap itu dapatnya apa?" tutur Ali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI