Suara.com - Ada atau tidaknya susu UHT dalam menu makan bergizi gratis untuk anak sekolah belum benar-benar ditetapkan oleh pemerintah. Sampai saat ini, uji coba masih terus dilakukan di sejumlah sekolah di berbagai daerah.
Pakar Gizi Masyarakat Intitut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ali Khomsan menyampaikan bahwa pemberian susu lewat program tersebut sebenarnya bisa jadi satu hal yang baik. Terlebih, masyarakat Indonesia tergolong rendah dalam konsumsi susu dibandingkan negara lain.
"Konsumsi susu bangsa kita masih sangat rendah. Oleh karena itu, sebenarnya kesempatan makan bergizi gratis ini kalau ada susu tentu akan sangat baik. Karena akan mengingkatkan konsumsi susu secara keseluruhan bagi anak-anak," kata Ali kepada Suara.com, dihubungi Kamis (1/8/2024).
Di antara negara Asia, lanjut Ali, Indonesia tergolong paling rendah dalam jumlah konsumsi susu. Di sisi lain, industri dalam negeri di Indonesia juga belum banyak yang memproduksi susu tetra pak.
Baca Juga: Bila Makan Bergizi Tanpa Susu, Pakar IPB Ingatkan Orangtua Harus Tetap Penuhi Kalsium Anak
Menurut Ali, apabila pemerintah memutuskan tetap memberi susu lewat program makan bergizi, maka diperlukan impor besar-besaran untuk memenuhi target 82,9 juta anak yang ingin dijangkau.
"Kita harus memahami bahwa susu di Indonesia ini 70 persen masih impor dari luar. Karena memang produksinya masih sangat kurang yang di dalam negeri."
"Sehingga ketika ada demand terhadap pemenuhan susu untuk anak-anak sekolah, anak di pesantren, maka itu tentu saja akan membutuhkan impor yang sangat besar dari susu yang berasal dari luar," tuturnya.
Akan tetapi, dengan anggaran yang terbatas hanya Rp 15 ribu per anak, Guru Besar IPB itu menyarankan, sebaiknya pemerintah tidak perlu memberikan susu.
Bila tetap dipaksakan, khawatirnya akan mengurangi lauk bergizi pada porsi nasi yang diberikan.
"Kalau kita lihat sebenarnya Rp 15 ribu itu mungkin idealnya adalah tanpa susu. Karena susunya sendiri sudah Rp 5.600. Kalau budget-nya Rp15 ribu berarti Rp 10 ribu untuk meals atau makanan lengkap itu dapatnya apa?" tutur Ali.
Sebelumnya diberitakan, pemberian susu itu bisa jadi lebih mudah dijalankan bila pemerintah bisa memastikan ada industri dalam negeri yang memproduksi susu tetra pak khusus untuk program tersebut.
"Sekarang ini kan pemerintah masih menggunakan susu yang sudah ada di pasaran, itu yang dipakai. Susu di pasaran itu memang kadar gulanya beragam, ada yang orang levelnya tinggi, ada yang sedang, ada yang rendah," katanya.
Ali menambahkan, keuntungan lain dengan memproduksi susu tetra pak sendiri juga pemerintah bisa tentukan batasa gula pada setiap kemasannya.
"Kalau program ini nanti sudah menjadi program pemerintah dan ada industri-industri yang menghasilkan susu tetra pak, pemerintah bisa menetapkan batasan sendiri bahwa untuk susu sekolah ini saya menginginkan gula sekian persen atau sekian gram yang masuk di dalam setiap tetrapak yang akan dibagikan," tuturnya.