Suara.com - Israel semakin kejam menyerang warga sipil di Palestina. Bahkan, jurnalis yang seharusnya dilindungi juga menjadi korban kebengisan Israel.
Dua jurnalis kantor berita Al Jazeera, Ismail al-Ghoul dan Rami al-Rifi meninggal dunia usai diserang menggunakan rudal. Dalam rekaman yang dibagikan awak media lain, nampak bagian tubuh dari dua wartawan itu hancur.
Kedua jurnalis itu dikenal sebagai wartawan yang vokal dalam menyampaikan kondisi terkini di Gaza. Jaringan Al Jazeera menuduh Israel sengaja mengincar wartawan yang menyampaikan kabar dari Palestina.
Al-Ghoul dan al-Rifi diserang ketika berada di kamp pengungsi al-Shati di Gaza, usai melaporkan kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran beberapa jam sebelumnya.
Baca Juga: Kematian Ismail Haniyeh Mencoreng Sistem Keamanan di Iran
Al Jazeera mengutuk keras serangan tersebut, menuduh bahwa pasukan pendudukan Israel menargetkan kendaraan yang membawa kedua jurnalis dengan rudal, mengakibatkan kematian mereka secara keji.
Al-Ghoul dikenal luas karena laporan-laporannya dari bagian utara Gaza, daerah yang mengalami kelaparan dan kekurangan paling parah akibat konflik.
Ia pernah ditangkap dan dipukuli oleh pasukan Israel saat meliput penggerebekan di Rumah Sakit al-Shifa, salah satu dari banyak kali ketika rumah sakit tersebut menjadi target serangan.
Dedikasi dan profesionalisme al-Ghoul dalam melaporkan kondisi di Gaza membuat dunia internasional menyadari kehancuran yang terjadi di sana.
Redaktur Pelaksana Al Jazeera, Mohamed Moawad, menekankan pentingnya peran al-Ghoul dalam membawa perhatian dunia terhadap penderitaan di Gaza. "
Baca Juga: Bungkam Ditanya soal Rumah Tangga, Etika Aaliyah dan Thariq Halilintar ke Wartawan Ramai Digunjing
Ismail terkenal karena profesionalisme dan dedikasinya, membawa perhatian dunia terhadap penderitaan dan kekejaman yang terjadi di Gaza, terutama di Rumah Sakit Al-Shifa dan wilayah utara," kata Moawad, dikutip dari Al Jazeera.
"Suaranya kini telah dibungkam, namun ia telah memenuhi misinya untuk rakyatnya dan tanah airnya," tambahnya.
Pembunuhan al-Ghoul dan al-Rifi merupakan bagian dari kampanye panjang Israel terhadap jurnalis Palestina yang melaporkan kekejaman yang dilakukan di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Israel berkali-kali menyerang wartawan. Bahkan Al Jazeera terus menerima tekanan, salah satunya larangan operasional baru-baru ini di negara tersebut. Dengan kematian al-Ghoul dan al-Rifi, jumlah total jurnalis Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel mencapai 165 orang.
Rekan-rekan mereka di Al Jazeera dan media lainnya di Gaza berduka atas kehilangan tersebut, dengan banyak yang menangis saat melaporkan kematian mereka di depan kamera. Jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif, yang berada di rumah sakit ketika jenazah mereka dibawa masuk, mengatakan, "Ismail menyampaikan penderitaan warga Palestina yang terlantar dan penderitaan mereka yang terluka serta pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan [Israel] terhadap orang-orang tak berdosa di Gaza."