Konflik PBNU Vs PKB, Menyedihkan! Harusnya Bersatu Demi Umat, Terpecah Hanya karena Politik

Rabu, 31 Juli 2024 | 12:15 WIB
Konflik PBNU Vs PKB, Menyedihkan! Harusnya Bersatu Demi Umat, Terpecah Hanya karena Politik
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan keterangan pers di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (16/7/2024). [Suara.com/Faqih]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ingin membawa kembali Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke khitahnya. Namun hal itu mendapat resistensi dari PKB dan akhirnya menjadi polemik kekinian.

Menanggapi hal itu, Pengamat Organisasi Islam dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Sukron Kamil menyayangkan adanya konflik antara NU dengan PKB saat ini.

"Jadi kalau ke dua elite ini secara terang terangan berkonflik bahkan PBNU mau mengambil alih PKB hemat saya sayang ini ya," kata Sukron kepada Suara.com, Rabu (31/7/2024).

Menurutnya, akan menjadi hal yang menyedihkan apabila organisasi Islam dan partai politik Islam justru pecah hanya karena politik.

Baca Juga: Pansus Bentukan PBNU Panggil Mantan Sekjen PKB, Tokoh Lain Bakal Menyusul?

"Kadang-kadang saya sedih ya antar kalangan umat Islam kalau udah terkait politik dan konon kabarnya dikehendaki oleh kalangan barat umat Islam itu sering berpisah baik di tingkat nasional di tingkat lokal atau di tingkat internasional coba saja hari ini kan di timur tengah nggak pernah beres tuh nggak pernah bersatu dalam konteks politik," katanya.

Seharusnya, kata dia, baik PBNU dan PKB bisa bersatu atas nama umat. Bukan justru terbelah hanya gegara urusan politik belaka.

"Nah ini juga sama gara-gara persoalan politik hal hal yang seharusnya bersatu atas nama umat atas nama kesatuan agama itu menjadi tidak tampak. Padahal yang pertama nabi bangun itu kan kesetiaan berdasarkan agama menggantikan kesetiaan berdasarkan darah yaitu kearaban bahkan berdasarkan hal hal lain di luar agama gitu ya," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, kalau ada beda pandangan dan pendapat seharusnya PBNU dan PKB membiarkan hal itu. Bahkan, hal itu dianggap sebagai hal yang positif.

"Tapi yang ini hemat saya menjadi tidak tampak dan hemat saya meskipun beda pandangan beberapa bagian ya biarin aja ya ini kan dua organisasi berbeda. Yang hemat saya akan lebih baik seperti ini," katanya.

Baca Juga: Dianggap Lawakan, Elite PKB Tantang Menag Yaqut: Kalau Merasa Benar, Buktikan Saja di Pansus

PBNU Gembosi PKB

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP PKB, Jazilul Fawaid menilai jika Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul ingin menggembosi partainya. Ia mengaku selama ini PKB tak pernah punya masalah dengan PBNU.

Wakil Ketua Umum DPP PKB, Jazilul Fawaid. (Suara.com/Bagaskara)
Wakil Ketua Umum DPP PKB, Jazilul Fawaid. (Suara.com/Bagaskara)

"Dari awal PKB menyadari hubungan historis antara PKB dan NU. Dan kami tidak pernah mempermasalahkan jika PBNU posisinya berjarak dengan seluruh partai politik termasuk PKB. Meskipun faktanya, saya rasa Gus Yanya Gus Ipul itu sering menggembosi PKB," kata Jazilul di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Ia menegaskan, jika PKB bukan merupakan badan otonom dari PBNU. Menurutnya, PKB sebagai partai itu berdaulat.

"PKB berdaulat menjalankan undang-undang partai politik. Undang-undang nomor 2 tahun 2011. Sedangkan NU berjalan dengan undang-undang ormas. Jadi kamarnya berbeda," ujarnya.

"Maka kisruh yang disampaikan oleh Gus Ipul itu menunjukkan tidak paham konstitusi, tidak paham tata kelola organisasi, bahkan enggak paham tata krama," sambungnya.

Ia menyayangkan, justru PBNU sebagai organisasi keulamaan tidak bertindak sebagaimana etik keulamaan.

"Jadi disayangkan organisasi yang disitu membawa didasari keulamaan, ternyata tidak menunjukkan etika keulamaan. Mau nyerobot, mau ambil alih, mau ngambil sesuatu yang bukan haknya, itu pantang bagi ulama. Itu adalah tindakan yang batil, tindakan yang tidak hak. Kita tidak menduga-duga," katanya.

Lebih lanjut, ia menegaskan, bahwa PKB selama ini tidak pernah punya masalah dengan PBNU.

"Sebenarnya PKB ini sudah menghormati apa yang menjadi hak PBNU untuk menjaga jarak dari seluruh partai politik. Tapi faktanya. Misalnya Gus Yahya Gus Ipul, PBNU itu selalu menggembosi. Mengganggu. Apa yang dilakukan PKB. Dan ketika PKB di 2024 terbukti memiliki prestasi yang luar biasa malah tidak diakui," katanya.

Pansus PKB

Sebelumnya, PBNU menginginkan PKB kembali ke NU. Untuk mewujudkannya, petinggi PBNU sedang mendiskusikan untuk membentuk semacam panitia khusus (pansus). Hal ini disampaikan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul.

"Pansus itu bakal disebut sebagai Tim Lima yang bekerja untuk meluruskan sejarah PKB," kata Gus Ipul dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (26/7/2024).

Gus Ipul berpendapat bahwa pemilik sah partai politik yang dipimpin oleh Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar itu adalah NU.

Sekjen PKB, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. (Suara.com/Rakha)
Sekjen PBNU, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. (Suara.com/Rakha)

"PBNU sedang berdiskusi, jika diperlukan, pembentukan Tim Lima akan segera dilakukan," katanya.

Menurutnya banyak membuat pernyataan yang melenceng dari fatsun awal berdirinya PKB. Bahkan, dia menduga ada upaya yang nyata dan sistematis oleh elite PKB guna menjauhkan PKB dari struktural NU.

"Langkah ini setelah melihat pernyataan elite PKB yang ahistoris. Ada tanda-tanda mereka akan membawa lari dari sejarah berdirinya PKB," katanya.

Ditegaskan pula bahwa PKB didirikan oleh struktur PBNU hingga ke cabang dan ranting pengurus NU. Ia menyebut tanpa struktur NU, PKB tidak akan pernah terbentuk.

Selain itu, dia menilai ada beberapa pernyataan elite PKB yang menganggap bahwa PBNU tidak perlu didengarkan. Padahal, tanpa mendengarkan PBNU, menurut Gus Ipul, PKB terbukti gagal dalam pemilihan presiden beberapa waktu lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI