Suara.com - Iran memberikan peringatan keras kepada Israel untuk tidak melakukan serangan ke wilayah Lebanon, setelah sebelumnya menyerang Dataran Tinggi Golan.
Perlu diketahui, Golan saat ini diduduki oleh Israel diserang roket pada Sabtu (27/7/2024) kemarin hingga menyebabkan 12 orang meninggal dunia.
Israel mengaitkan serangan ke lapangan sepak bola di Kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan tersebut dengan kelompok Hizbullah Lebanon.
"Intelijen kami menegaskan. Hizbullah bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak tak berdosa di Majdal Shams," kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari pada Sabtu.
Baca Juga: Perang Dingin Terjadi Jika AS Lakukan Hal Ini, Putin Tegaskan Krisis Rudal
Ia menyatakan tekad Israel untuk melakukan pembalasan.
Hizbullah, sementara itu dengan tegas menyangkal memiliki peran apa pun dalam serangan maut itu, yang terjadi di tengah peningkatan ketegangan antara kedua pihak yang bertikai.
Melalui pernyataan pada Ahad (28/7), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani merujuk pada pernyataan Hizbullah yang menyangkal perannya dalam serangan itu.
Kanaani menyebut Israel berusaha mengalihkan opini publik dan perhatian global dari kejahatan yang dilancarkannya di Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina sejak 7 Oktober tahun lalu.
Jubir mengatakan bahwa klaim Israel mengenai serangan Majdal Shams adalah skenario yang dibuat-buat, dan bahwa Tel Aviv tidak moral yang cukup untuk menilai dan mengomentari insiden tersebut.
Baca Juga: Lewat Digiland Conference 2024, Telkom Ajak Generasi Muda Berinovasi melalui Digitalisasi
Kanaani menyeru masyarakat internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
“Untuk mendukung stabilitas dan keamanan di Lebanon dan kawasan atas serangan rezim Zionis yang agresif." Ia menyebut Israel sebagai Zionis.
Dia menekankan bahwa setiap tindakan bodoh yang dilakukan Israel bisa "meningkatkan ketidakstabilan, ketidakamanan, dan kobaran api perang di kawasan,” serta bahwa tanggung jawab atas konsekuensinya berada di tangan Israel.
Dia juga mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk bertindak berdasarkan tanggung jawab internasional dan moral mengenai perdamaian dan keamanan global dan mencegah Israel mengobarkan api perang di Gaza dan tempat-tempat lain.
Setelah serangan pada Sabtu, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Netanyahu memutuskan untuk mempersingkat kunjungannya di AS dan akan pulang sesegera mungkin.
Netanyahu juga mengatakan kepada pemimpin komunitas Druze bahwa Hizbullah akan membayar harga yang mahal atas serangan di Majdal Shams, menurut pernyataan kantornya.
Selanjutnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Ahad mengatakan Israel akan memastikan Hizbullah menanggung akibatnya.