Soal Desakan Publik Minta Pimpinan Baru di KPK, Eks Penyidik: Kerusakan Selaras dengan Hasil Survei

Senin, 29 Juli 2024 | 18:05 WIB
Soal Desakan Publik Minta Pimpinan Baru di KPK, Eks Penyidik: Kerusakan Selaras dengan Hasil Survei
Soal Desakan Publik Minta Pimpinan Baru di KPK, Eks Penyidik: Kerusakan Selaras dengan Hasil Survei. [ISTIMEWA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua IM57+ Institute, Praswad Nugraha menanggapi survei Litbang Kompas yang menunjukkan mayoritas masyarakat tidak puas dengan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat menginginkan pimpinan KPK yang baru.

Mantan penyidik KPK itu menilai hasil survei yang menunjukkan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat ini berbanding lurus dengan kerusakan yang terjadi pada lembaga antirasuah tersebut.

“Sejak awal kami percaya bahwa kerusakan yang terjadi di KPK saat ini sudah terjadi secara sistemik sehingga selaras dengan hasil survei,” kata Praswad kepada wartawan, Senin (29/7/2024).

Penyidik KPK asal Lampung Praswad Nugraha. [ISTIMEWA]
Penyidik KPK asal Lampung Praswad Nugraha. [ISTIMEWA]

Mengenai banyaknya permintaan agar KPK dipimpin oleh sosok baru, Praswad menilai bahwa bukan hanya baru, KPK juga mesti dinahkodai sosok yang luar biasa untuk memperbaiki lembaga yang kini dipimpin Nawawi Pomolango itu.

Baca Juga: Soal Survei Litbang Kompas, IM57+ Institute: Seharusnya Pimpinan KPK Sadar Kegagalan Mereka

“Hal tersebut untuk memperbaiki KPK secara menyeluruh untuk mendorong restart KPK ke depan. KPK tidak akan mungkin bisa diperbaiki oleh wajah-wajah lama, pimpinan KPK periode saat ini yang masih mendaftar kembali sudah tidak diinginkan oleh publik dikarenakan terbukti gagal dalam periode kepemimpinannya,” tutur Praswad.

“Kegagalan ini adalah fakta yang tidak bisa kita pungkiri, bahkan membuat KPK menjadi lembaga yang paling tidak dipercaya publik berdasarkan survei Litbang Kompas 27 Mei-2 Juni 2024,” tandas dia.

Survei Litbang Kompas

Sebelumnya, Litbang Kompas merilis hasil tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada periode 2019-2024. 

Hasilnya, mayoritas responden mengaku tidak puas dengan kinerja pemberantasan korupsi yang dilakukan lembaga antirasuah.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Mayoritas Masyarakat Tak Puas dengan Kinerja KPK

Dalam survei tersebut, tercatat bahwa sebanyak 61,3 persen responden mengaku tidak puas dengan kinerja KPK selama lima tahun ini. Kemudian, 34,9 persen merasa puas dan 3,8 persen lainnya mengaku tidak tahu.

Adapun pengumpulan pendapat tersebut dihitung Litbang Kompas melalui telepon pada tanggal 22-24 Juli 2024. Wawancara dilakukan terhadap 530 responden dari 38 provinsi.

Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Jumat (7/7/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Jumat (7/7/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian sekitar 4,32 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. 

Hasil survei Litbang Kompas juga mencatat mengenai keyakinan responden terhadap kinerja Tim Pansel dalam proses seleksi calon pimpinan KPK.

Responden diminta untuk menyatakan keyakinannya Tim Pansel dalam bekerja secara independen atau tidak untuk mencarikan sosok pimpinan KPK selanjutnya.

Hasilnya, 4,7 persen mengaku sangat yakin, 63,5 persen merasa yakin, 25,8 persen tidak yakin, 2,9 persen mengatakan sangat tidak yakin, dan 3,1 persen lainnya mengaku tidak tahu.

Hasil survei Litbang Kompas juga menunjukkan bahwa KPK memerlukan pimpinan yang didasari dari orang-orang baru. 

Sebab, responden yang menilai perlunya pimpinan KPK baru pada periode selanjutnya sebanyak 51,4 persen, 46,7 persen menilai perlu ada pimpinan lama selain beberapa pimpinan yang baru, 1,9 persen lainnya menyatakan tidak tahu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI