Guru Besar UPI Ungkap 3 Alasan Peneliti Indonesia Lebih Pilih Berkarir di Luar Negeri, Tidak Selalu Soal Gaji

Senin, 29 Juli 2024 | 16:59 WIB
Guru Besar UPI Ungkap 3 Alasan Peneliti Indonesia Lebih Pilih Berkarir di Luar Negeri, Tidak Selalu Soal Gaji
Ilustrasi Peneliti Perempuan (Pixabay/Jarmoluk)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernyataan mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro, yang menyebut profesi peneliti tak banyak dilirik oleh lembaga pemerintah juga perusahaan swasta dibenarkan oleh pengamat pendidikan.

Masih minimnya tawaran pekerjaan terkait penelitian di Tanah Air, membuat para peneliti lulusan Indonesia sendiri pada akhirnya memilih berkarir di luar negeri. Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) prof. Dr. Cecep Darmawan mengatakan, kalau para peneliti juga ingin mencari kesempatan lebih banyak.

"Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya mereka (yang ke luar negeri). Mungkin saja mereka ingin kehidupan yang lebih baik misalnya, atau memang ketersediaan pekerjaannya kurang," kata Cecep saat dihubungi Suara.com, Senin (29/7/2024).

Alasan lainnya, lanjut Cecep, masih ada stigma kalau profesi peneliti di Indonesia dipandang sebelah mata. Bahkan dianggap profesi kelas dua. Sementara di luar negeri, pekerjaan peneliti lebih dihormati.

Baca Juga: 5 Film Terbaru Sutradara Perempuan Indonesia, Dua Hati Biru hingga Temurun!

Sehingga, dia menegaskan kalau alasan peneliti Indonesia pilih berkarir di luar negeri tidak hanya selalu karena gajinya yang lebib besar.

"Di dalam negeri penghargaannya kurang juga, rekognisinya tidak selalu dengan gaji saja ya. Maksudnya, rekognisinya itu misalnya tingkat kesediaan, tingkat penghormatan dan segala macam mungkin juga kurang. Tadi saya katakan lapangan untuk penelitinya juga jarang," tuturnya.

Menurutnya, keberadaan peneliti sangat penting, terutama dalam pemerintahan. Setiap kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah harusnya berdasatkan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti agar aturannya sesuai dengan kondisi masyarakat.

Begitu pula dengan perusahaan swasta, idealnya juga perlu memiliki peneliti agar produk atau jasanya tetap relevan dengan kebutuhan publik.

"Itu lah apa yang disebut dengan evidence based policy. Jadi peneliti harusnya tiap unit-unit pemerintahan maupun swasta harusnya tersedia di situ. Kalau di swasta, persaingan semakin ketat produk misalnya ya, kan ada persaingan-persaingan. Kalau nggak ada peneliti, ya susah berkembang, bisa kalah oleh perusahaan lain," tuturnya.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel, Inflasi RI Terancam 'Memanas'

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI