Respons Israel soal Serangan Roket di Lapangan Sepak Bola Golan yang Tewaskan 12 Orang

Bella Suara.Com
Senin, 29 Juli 2024 | 14:22 WIB
Respons Israel soal Serangan Roket di Lapangan Sepak Bola Golan yang Tewaskan 12 Orang
Seorang perwira militer Israel berjalan di lokasi yang menjadi sasaran serangan roket di kota Druze Majdal Shams, di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Sabtu, 27 Juli 2024. (Foto AP/Gil Eliyahu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Serangan roket yang menghantam lapangan sepak bola di kota Druze, Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel menewaskan 12 anak-anak dan remaja serta melukai 20 orang lainnya. Serangan ini memicu kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas antara Israel dan Hizbullah, meskipun kelompok militan tersebut dengan tegas membantah keterlibatan mereka dalam serangan tersebut.

Pemerintah Israel segera merespons dengan menyerang sejumlah target di Lebanon pada malam harinya. Meskipun serangan balasan ini tidak berbeda dari pertempuran lintas perbatasan yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan, intensitas dan dampaknya kini menjadi sorotan dunia.

Kronologi Kejadian

Pada Sabtu, sebuah roket menghantam lapangan sepak bola di Majdal Shams, sebuah kota Druze yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Lebanon dan dekat dengan perbatasan Suriah. Untuk diketahui, Israel merebut wilayah tersebut dari Suriah dalam perang Timur Tengah pada 1967. Meski begitu, sebagian besar negara tidak mengakui wilayah tersebut sebagai milik Israel.

Insiden serangan roket ini terjadi saat puluhan anak-anak dan remaja sedang bermain di sana. Serangan tersebut menewaskan 12 anak dan remaja serta melukai 20 orang lainnya.

Baca Juga: Judoka Tajikistan Kalahkan Atlet Israel, Tolak Jabat Tangan dan Serukan 'Allahu Akbar'

"Saya merasa gelap di dalam dan di luar. Tidak ada yang seperti ini terjadi di sini," kata Anan Abu Saleh, seorang penduduk setempat.

"Ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Saya melihat anak-anak, tapi saya tidak ingin menceritakan apa yang saya lihat. Sangat mengerikan, benar-benar mengerikan. Kami butuh lebih banyak keamanan," katanya pula.

Tanggapan Israel dan Hizbullah

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, segera kembali dari Amerika Serikat untuk mengevaluasi situasi dan memperingatkan bahwa Hizbullah akan membayar mahal untuk serangan ini. Menteri Pertahanan Yoav Gallant juga diberikan wewenang untuk menentukan langkah berikutnya.

Sementara itu, Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, menyatakan bahwa roket tersebut adalah Falaq buatan Iran dengan hulu ledak seberat 53 kilogram yang diduga milik Hizbullah. Namun, Hizbullah dengan tegas membantah keterlibatan mereka dalam serangan ini.

Reaksi Internasional

Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengumumkan bahwa pihaknya sedang berbicara dengan rekan-rekan mereka di Israel dan Lebanon untuk mencari solusi diplomatik guna mengakhiri semua serangan di area perbatasan.

Baca Juga: Tegang! Rusia Sebut Israel Musuh, Sebut Hamas Tak Mungkin Dilenyapkan

Di Lebanon, persiapan dilakukan untuk menghadapi kemungkinan serangan balasan dari Israel. Perdana Menteri sementara Najib Mikati mengadakan panggilan darurat dengan diplomat dan politisi untuk merespons situasi ini. Sementara itu, penerbangan ke Beirut ditunda hingga Senin pagi sebagai langkah pencegahan.

Dampak Terhadap Perang di Gaza

Serangan di Golan Heights ini terjadi di tengah negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir 10 bulan di Gaza. Para pejabat dari Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar sedang bertemu dengan pejabat Israel di Roma untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata.

Seorang pejabat Mesir yang terlibat dalam negosiasi menyatakan bahwa serangan di Golan Heights dapat mempercepat proses negosiasi.

"Kedua front ini saling terhubung. Gencatan senjata di Gaza akan memicu gencatan senjata dengan Hizbullah," ujarnya.

Sekretaris Jenderal PBB pun menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin guna menghindari eskalasi konflik yang lebih parah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI