Banyak Peneliti RI Hijrah ke Luar Negeri, Prof Cecep Darmawan Sentil Kurikulum Merdeka: Kudet hingga Terlalu Teoritis!

Senin, 29 Juli 2024 | 12:27 WIB
Banyak Peneliti RI Hijrah ke Luar Negeri, Prof Cecep Darmawan Sentil Kurikulum Merdeka: Kudet hingga Terlalu Teoritis!
Ilustrasi Peneliti--Banyak Peneliti RI Hijrah ke Luar Negeri, Prof Cecep Darmawan Sentil Kurikulum Merdeka: Kudet hingga Terlalu Teoritis! (DW Indonesia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kualitas peneliti Indonesia menjadi sorotan setelah disebut banyak berkarier di luar negeri oleh mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro. Meski banyak menjadi diaspora, kapabilitas para peneliti rupanya masih dinilai kurang andal.

Pemerhati pendidikan Prof Dr Cecep Darmawan mengatakan kondisi itu sebenarnya tak bisa dilepaskan juga dari sistem kurikulum yang diterapkan. 

"Kalau mata kuliahnya sudah oke ya ada penelitian segala macam, tapi belum utuh untuk melahirkan calon-calon peneliti yang andal. Termasuk pada tingkat doktoral sekalipun (3:18) belum sepenuhnya. Karena untuk jadi peneliti harusnya ya kuliahnya memang by riset," kata Cecep kepada Suara.com, dihubungi Senin (29/7/2024). 

Menristek, Bambang Brodjonegoro dalam jumpa pers virtual, Rabu (2/9/2020). [Kemenristek]
Menristek, Bambang Brodjonegoro dalam jumpa pers virtual, Rabu (2/9/2020). [Kemenristek]

Untuk melahirkan peneliti yang berkualitas, perlu kurikulum yang dirancang secara khusus. Sementara kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini diterapkan, kata Cecep, terlalu banyak mengajarkan teori bagi calon peneliti. 

Baca Juga: Peneliti Cuma Jadi 'Kelas Dua' di Indonesia, Pantas Banyak yang Hengkang ke Luar Negeri

Padahal, seharusnya mereka didorong dengan berbagai fasilitas untuk menghasilkan riset. 

"Saya yakin belum ya (mumpuni lahirkan peneliti andal). Karena kurikulum kita itu dirancang terlalu, kadang-kadang terlalu gemuk, akhirnya kurang fokus pada riset. Apalagi dengan model kurikulum Merdeka, itu menurut saya semakin tidak fokus kurikulum kita itu," terangnya. 

Mata kuliah yang telah ada saat ini, seperti metodologi penelitian dan statistik, menurutnya belum cukup menjadi modal bagi calon peneliti. Di sisi lain, pengajaran yang diberikan kepada para mahasiswa justru tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. 

Selain terlalu banyak teori, Cecep juga menyoroti kalau isi materi yang diajarkan bahkan kerap kali kurang dilakukan pembaruan mengikuti perkembangan zaman.

"Dari sumber mata di kuliahnya kadang-kadang kurang updating, terlalu teoretik. Kalau kualifikasi pengajarnya sudah oke lah ya, tapi kan butuh pengajar-pengajar juga yang punya basis riset yang bagus. Itu yang dibutuhkan sebenarnya," imbuhnya.

Baca Juga: Menyedihkan! Eks Menristek Ini Bongkar Alasan Peneliti Indonesia Pilih Berkarya di Luar Negeri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI