Warisan Wiji Thukul
Meskipun telah lama menghilang, semangat juang dan karya-karya Wiji Thukul tetap hidup di hati masyarakat Indonesia. Puisi-puisinya terus dibaca dan dipelajari oleh generasi muda sebagai inspirasi untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Bahkan anak Wiji Thukul, Fajar Merah menghadiri acara peringatan 28 tahun peristiwa tersebut di kantor PDIP hari ini, Fajar Merah membawakan dua lagu yang diciptakannya sendiri, yakni berjudul Tersesat dari Gulita dan Nyanyian Kami.
Fajar mengatakan, lagu Tersesat dari Gulita terinspirasi karena banyak tragedi di Indonesia ini.
"Di mana kita menjadi buta, bahwa kita sama-sama manusia tetapi banyak konflik yang menumbuhkan kebencian. Justru yang dihilangkan adalah kebencian tersebut," katanya.
Kisah Hidup Wiji Thukul
![Massa dari unsur badan dan sayap pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat menggelar aksi di depan gedung Komnas HAM di Jakarta, Jumat (27/7/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/07/26/12331-peringati-peristiwa-kudatuli-massa-pdip-geruduk-komnas-ham.jpg)
Peristiwa Kudatuli menjadi bukti nyata tentang represi yang dialami oleh para aktivis dan penentang rezim Orde Baru. Bagi Wiji Thukul, peristiwa ini semakin menguatkan tekadnya untuk terus bersuara dan memperjuangkan hak-hak rakyat.
Namun, ironisnya, perjuangannya justru membuatnya harus menghilang secara misterius.
Kisah hidup Wiji Thukul mengajarkan kita tentang pentingnya kebebasan berekspresi dan keberanian untuk melawan ketidakadilan. Meskipun ia telah tiada, semangatnya akan selalu menginspirasi kita untuk terus berjuang demi terciptanya masyarakat yang lebih adil dan beradab.
Baca Juga: PDIP Gelar Peringatan 28 Tahun Peristiwa Kudatuli di Halaman Kantor Partai, Ada Teriakan Mega Menang
Hingga kini, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab seputar hilangnya Wiji Thukul.