Suara.com - Calon Presiden Partai Demokrat, Kamala Harris, menekan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terkait situasi kemanusiaan di Gaza. Hal itu disampaikannya dalam pembicaraan yang digambarkannya sebagai diskusi terbuka, dan menegaskan bahwa ia tak akan diam melihat kondisi yang terjadi.
"Apa yang telah terjadi di Gaza selama sembilan bulan terakhir sangat menghancurkan. Gambar-gambar anak-anak yang tewas dan orang-orang kelaparan yang putus asa melarikan diri mencari keselamatan, terkadang dipindahkan untuk kedua, ketiga atau keempat kalinya." kata Harris.
Meski demikian, Harris mengakui bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dan mengecam Hamas sebagai organisasi teroris brutal yang memicu perang dan telah melakukan tindakan kekerasan seksual yang mengerikan, tetapi dia menegaskan bahwa cara Israel mempertahankan diri juga penting.
“Kita tidak bisa berpaling dari tragedi-tragedi ini di Gaza. Kita tidak bisa membiarkan diri kita menjadi mati rasa terhadap penderitaan, dan saya tidak akan diam.” tegasnya.

Harris menyerukan pembentukan negara Palestina dan mendesak Netanyahu dan Hamas untuk menyepakati kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Hal itu guna mengakhiri perang yang telah menyebabkan kematian terlalu banyak warga sipil yang tidak bersalah.
"Seperti yang baru saja saya katakan kepada Perdana Menteri Netanyahu, inilah saatnya untuk menyelesaikan kesepakatan ini," ujarnya.
Beberapa jam sebelumnya, Perdana Menteri Israel tersebut menikmati sambutan hangat dari Biden di Ruang Oval.
"Dari seorang Yahudi Zionis yang bangga kepada seorang Irlandia-Amerika Zionis yang bangga, saya ingin berterima kasih atas 50 tahun pelayanan publik dan 50 tahun dukungan untuk negara Israel." kata Netanyahu.
Menurut pernyataan Gedung Putih tentang pertemuan mereka, kedua pemimpin tersebut membahas gencatan senjata dan negosiasi sandera secara rinci. Dalam pertemuan itu, Biden menyatakan perlunya menutup celah yang tersisa, menyelesaikan kesepakatan secepat mungkin, membawa para sandera pulang, dan mencapai akhir perang yang tahan lama di Gaza.
Pernyataan tegas Harris pada hari Kamis, mencerminkan potensi perbedaan pendekatan dari Biden dalam menghadapi Netanyahu. Beberapa pihak mencatat pentingnya Harris sebagai pihak yang memberikan pernyataan publik setelah dia dan Biden secara terpisah bertemu dengan perdana menteri.