Suara.com - Kondisi yang panas saat ini tengah terjadi di Bangladesh menyusul adanya aksi protes dari sejumlah mahasiswa terkait kuota pekerja di negara tersebut.
Sudah ada ratusam orang meninggal dunia akibat bentrokan yang terjadi antara mahasiswa dan militer Bangladesh.
Terkini, Menteri Luar Negeri Bangladesh Hasan Mahmun mengatakan bahwa kementerian telah berkomunikasi resmi dengan diplomat asing agar diam.
Dia juga meminta mereka untuk tidak membuat pernyataan publik apapun terkait aksi protes mahasiswa di negara itu.
Negara Asia Selatan itu mengalami gejolak protes penuh kekerasan oleh mahasiswa universitas yang menuntut reformasi dalam kuota pekerjaan pemerintah.
Setelah lima hari kekacauan yang menewaskan lebih dari 150 orang, Mahkamah Agung Bangladesh memerintahkan pengurangan sistem kuota tersebut dari 57 persen menjadi 7 persen.
Dengan meningkatnya aksi protes dan kekerasan, pemerintah kemudian memberlakukan jam malam dan pemadaman internet total sejak Jumat (19/7).
Menteri Luar Negeri Mahmud sebelumnya mengaitkan pemadaman internet dengan "penjahat" yang merusak jalur pita lebar (broadband) di berbagai lokasi, sehingga menyebabkan penyebaran informasi yang salah.
"Beberapa misi asing menyampaikan kekhawatirannya mengenai situasi saat ini, yang sepertinya dipicu informasi salah. Mereka juga tidak menyadari skala vandalisme berkedok protes dalam beberapa hari terakhir,” kata Mahmud kepada media.
Baca Juga: Viral Jasa Joki Tugas Akhir di Medsos, Hal Tabu yang Kian Dinormalisasi?
Mahmud berencana mengadakan tur bagi perwakilan misi asing untuk menunjukkan "kebenaran" dan menggambarkan “tingkat kerusakan,” tambahnya.