Suara.com - Pengamat Pendidikan Kota Bekasi, Imam Kobul Yahya, mengaku setuju dengan penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Namun menurutnya masih ada sejumlah kendala.
“Pada perinsipnya setuju. Di implementasi Kurikulum Merdeka itu penjurusan dihapuskan, sehingga siswa bisa memilih atau condong ke pelajaran tertentu saja dan membuatnya mudah jika ingin masuk perguruan tinggi,” kata Imam kepada Suara.com, Rabu (24/7/2024)
Sementara dalam Kurikulum 2013 pelajaran untuk siswa terlalu padat. Sehingga siswa susah untuk konsentrasi dalam belajar.
Selain itu, penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa juga bisa menjadi jalan hilangnya stigma yang selama ini beredar, bahwa anak IPS sering disebut tertinggal dari anak IPA.
Baca Juga: Pemerintah Hapus Jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Pengamat: Pendidikan Jadi Objek Uji Coba
“Yang paling penting saat ini, tidak ada lagi kelompok siswa yang merasa istimewa atau merasa pintar dari siswa lainnya hanya karena misalnya berada di jurusan IPA,” tuturnya.
Kendati demikian, Imam menyebut putusan tersebut memang masih melahirkan berbagai kendala. Salah satunya terkait SDM guru dan sarana prasarana untuk siswa.
“Masih banyak guru-guru kita yang belum mampu menerapkan Kurikulum Merdeka yang berpusat pada siswa. Disamping itu, sarana dan prasarana penunjang di sekolah masih belum sempurna, kalau boleh dibilang masih minim,” kata Imam.
Oleh karena itu, Imam berharap pemerintah bisa menyoroti dua persoalan tersebut. Agar penerapan dari putusan penghapusan jurusan di SMA bisa berjalan dengan baik.
“Mungkin kita terus mendorong kesiapan guru dan sarana penunjang agar penghapusan penjurusan dan implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan baik,” pungkasnya.
Baca Juga: Pro Kontra Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Dihapus, Mantan Guru Angkat Bicara
Kontributor : Mae Harsa