Jurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA Dihapus, Begini Tanggapan Orangtua Siswa

Eko Faizin Suara.Com
Rabu, 24 Juli 2024 | 08:34 WIB
Jurusan IPA, IPS dan Bahasa di SMA Dihapus, Begini Tanggapan Orangtua Siswa
Ilustrasi siswa SMA. [unsplash/ @Ed Us]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghapus jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Penghapusan jurusan itu ternyata sudah dirasakan oleh orangtua siswa di Kota Pekanbaru, Riau sejak beberapa waktu lalu.

Salah seorang orangtua siswa Herlina Anis (50) kepada Suara.com mengaku saat ini sang anak duduk di kelas 3 di SMA Negeri 5 Pekanbaru.

"Bagi saya pribadi tidak ada masalah, karena kurikulum sekarang lebih fleksibel dan sesuai dengan minat anak," ujarnya, Selasa (23/7/2024).

Baca Juga: Pakar: Stigma Murid IPA Lebih Pintar Harus Dihilangkan

Herlina mengatakan bahwa meskipun jurusan IPA secara resmi akan dihapus, namun siswa tetap dapat memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat mereka.

"Contoh anak saya, sebelum naik ke kelas 3 (SMA), kami sudah berdiskusi dan anak saya memutuskan nanti kalau kuliah akan mengambil jurusan dokter hewan," katanya.

Herlina menjelaskan, sejauh yang ketahuinya, istilah IPA sudah dari tahun kemaren tidak digunakan.

"Saat ini, karena anak saya berencana kuliah kedokteran, jadi dia mengambil mata pelajaran medical," tuturnya.

Lebih lanjut, Herlina mengaku bahwa ia tidak terlalu paham soal penghapusan jurusan tersebut. Namun, jika melihat dari pelajaran anaknya lebih baik dan fokus ke arah jurusan yang diinginkan.

Baca Juga: Imbas Jurusan SMA Dihapus, Darmaningtyas: IPTEK di Indonesia Terancam Tertinggal

"Saat ini anak saya juga belajar lebih fokus dan rencana masa depannya sudah tergambar. Dia juga serius mempersiapkan jurusan yang akan ia jalani saat di jenjang perkuliahan nantinya." ungkap.

Terpisah, Khairul Hazih salah seorang guru Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) menjelaskan bahwa sebelumnya kurikulum itu diberi nama Kurikulum Merdeka.

"Kalau saat ini namanya kurikulum nasional. Anak dibebaskan memilih mata pelajaran yang ia inginkan. Tetapi itupun tidak serta merta karena mereka sejak kelas 1 sudah dibimbing," terangnya saat dihubungi Suara.com.

Lebih lanjut, Hafizh mengatakan pada saat kelas 2 baru siswa akan memilih sesuai minat dan bakat.

"Nanti akan dicek atau diuji apakah minat bakat itu sesuai atau tudak. Tidak asal-asalan," jelasnya.

Hafizh menilai, kurikulum saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya karena jauh-jauh hari siswa sudah mempersiapkan diri.

"Sejauh ini tidak ada kendala dan baik-baik saja, yang penting kita paham terkait proses dan aturan yang sudah ditetapkan pusat," tegas dia.

Kontributor: Rahmat Zikri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI