PKB Jelaskan Elektabilitas Sandiaga Tak Muncul di Hasil Survei: Belum Declare

Kamis, 18 Juli 2024 | 18:07 WIB
PKB Jelaskan Elektabilitas Sandiaga Tak Muncul di Hasil Survei: Belum Declare
Wasekjen PKB Syaiful Huda. (Suara.com/Bagaskara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Syaiful Huda mengungkapkan bahwa Sandiaga Uno belum menyatakan diri siap maju dalam Pilkada 2024, khususnya di Jawa Barat.

Hal itu yang menurut Syaiful, berdampak pada nama Sandiaga belum muncul dalam hasil survei.

"Mas Sandi belum declare ya dan belum secara terbuka menyampaikan akan maju di Pilkada, terutama misalnya di Jabar. Itulah yang lalu tidak tertangkap oleh sigi dari berbagai lembaga survei," kata Huda di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/7/2024).

Menurutnya, Sandiaga akan punya elektabilitas untuk modal Pilgub Jabar apabila sudah menyatakan diri siap maju.

Baca Juga: PKB Ungkap Alasan Sandiaga 'Tak Laku' Di Jabar

"Jadi ketika belum ada sikap terang dari Mas Sandiaga Uno, akhirnya tidak tertangkap oleh publik di Jabar misalnya. Saya kira akan berbeda kalau Mas Sandi sudah mengambil pilihan," ungkapnya.

Untuk itu, kata dia, PKB masih menunggu sikap final kader PPP tersebut untuk maju atau tidak di Pilgub Jabar. Hal itu akan menentukan juga dikap dari PKB pada Pilgub Jabar.

"Ya kita komunikasi sama dia, terus kira-kira masih nunggu siap final mas Sandi apakah akan maju di Jawa Barat atau tidak," katanya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan aspirasi dari masyarakat dan juga kader PKB untuk mendorong nama Sandiaga Uno maju sebagai calon gubernur Jawa Barat di Piilkada 2024.

Nama Sandiaga didorong seiring dengan kader PKB lainnya, seperti Cucun Ahmad Syamsurizal dan Syaiful Huda.

Baca Juga: Elektabilitas Sandiaga Uno di Jabar Masih Rendah, PKB: Dia Kurang Minat Kayaknya

"Untuk Jawa Barat, nama PKB sudah mencari kader internal PKB yang kemungkinan diusulkan bisa maju seperti Pak Cucun, Pak Huda tapi ada aspirasi juga seperti dari sebagian masyarakat Jawa Barat dan juga kader PKB untuk mengajak Pak Sandiaga Uno menjadi Calon Gubernur Jawa Barat," kata Jazilul di Kantor DPP PKB, Jakarta, dikutip Rabu (3/7/2024).

Menurutnya, banyak alasan nama Sandiaga bisa jadi pertimbangan PKB untuk Pilgub Jawa Barat.

"Banyak reasoning-nya memang karena Pak Sandiaga juga ibunya orang Jawa Barat," ungkapnya.

Kendati begitu, ia mengatakan, hal yang menjadi kerumitan di Jawa Barat adalah mencari rekan koalisi. Terlebih untuk mencari pasangan yang pas untuk diduetkan dengan calon dari PKB.

Ketua Bappilu PPP Sandiaga Uno di Kompleks Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2024). [Suara.com/Bagaskara]
Ketua Bappilu PPP Sandiaga Uno di Kompleks Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2024). [Suara.com/Bagaskara]

Namun, kata dia, PKB sendiri sudah menjajaki kerja sama dengan PKS.

"Jadi di Jawa Barat, hampir, PKB saya dapat info melakukan pendekatan juga dengan PKS, cukup untuk koalisi, tapi nanti siapa pasangannya?," tuturnya.

"Kalau misalkan Pak Sandiaga, bersama dengan siapa? ini juga rumit," sambungnya.

Survei

Litbang Kompas merilis hasil survei terbarunya soal elektabilitas figur di Pilkada Jawa Barat 2024. Hasilnya Ridwan Kamil tak terbendung di posisi puncak, disusul Dedi Mulyadi di urutan dua.

Dilihat Suara.com Rabu (17/7/2024) nama RK berada di puncak dengan angka 36,6 persen.

"Ridwan Kamil 36,6 persen, Dedi Mulyadi 12,2 persen," tulis hasil survei Litbang Kompas, Rabu.

Sementara untuk nama-nama lainnya, hanya memperoleh elektabilitas di bawah 2 persen.

"Bima Arya 1,6 persen, Atalia Praratya 1.6 persen," tulis lagi.

Adapun nama seperti Desy Ratnasari, Deddy Mizwar hingga nama Alfiansyah 'Komeng' hanya memperoleh angka 0,8 persen.

Untuk diketahui, survei ini dilakukan pada periode 15-20 Juni 2024 dengan wawancara tatap muka. Sebanyak 4.000 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ).

Dengan menggunakan metode ini, Litbang Kompas menerapkan margin of error sebesar ±4,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI