"Kami memiliki seorang karyawan dekat dengan tempat penampungan anjing itu, dan ketika Israel memberikan perintah evakuasi, bahwa semua orang di utara Gaza harus mengungsi ke selatan. Karyawan itu memutuskan untuk tinggal karena sebagian besar bom di kota dan tempat penampungan berada di luar kota. Jadi, dia pikir itu akan aman untuk sementara waktu." lanjutnya.
"Setelah invasi dimulai, dan dia dan anak-anaknya terpaksa berlindung di sekolah, saat itulah kami harus meninggalkan anjing-anjing itu. Kami tahu anjing-anjing itu berkeliaran di Gaza sekarang, tetapi kami tidak bisa mencapai tempat penampungan itu, jadi kami tidak tahu apa yang terjadi padanya sampai sekarang," tambahnya.
Menurut Keuleers, tiga tempat penampungan kucing di Al Zahra dan Nuserirat - masing-masing menampung sekitar 40 ekor kucing liar. Entah dihancurkan oleh bom atau ditinggalkan setelah perintah evakuasi.
Mereka termasuk di antara ribuan bahkan puluhan ribu hewan peliharaan tercinta dan hewan liar yang ditinggalkan dalam konflik yang berkepanjangan.
Keuleers mengatakan, seperti sebagian besar populasi Gaza, hewan-hewan yang selamat menderita karena kurangnya makanan dan pasokan dasar akibat pembatasan yang membatasi masuknya pasokan vital ke enklaf tersebut. Seperti sebagian besar Jalur Gaza, risiko penyakit juga sangat tinggi di antara hewan peliharaan yang hilang dan hewan liar.