Suara.com - Sikap lima pemuda Nahdlatul Ulama (NU) termasuk Zainul Maarif banjir kritikan hingga kecaman usai bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Kritikan pedas juga dilayangkan putri kedua mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid usai nama ayahnya dicatut oleh Zainal Maarif.
Hal itu setelah beredar video Zainul Maarif yang menyatakan kalau tindakan mereka meneruskan legasi Gus Dur dalam upaya dialog antaragama.
Menanggapi video itu, Yenny berpendapat kalau tindakan tersebut keliru karena seharusnya tokoh muda NU itu bertemu dengan para umat Yahudi bukan Presiden Israel, bila tujuannya memang untuk dialog antar agama.
"Kalau antaragama, banyak orang Yahudi di daerah lain, bukan cuma di Israel. Pergi aja ke Inggris, itu ada satu sekte Yahudi konservatif namanya Naturekarta. Mereka masih pakai gaya bajunya dari abad dulu sampai sekarang masih sama, mirip," kata Yenny saat dihubungi Suara.com, Rabu (17/7/2024).
Kelompok Naturekarta itu sendiri bahkan tidak setuju dengan adanya negara Israel dan sering mengikuti demo bela Palestina, lanjut Yenny. Sehingga menurutnya, bila ingin melanjutkan dialog antaragama, seharus yang ditemui tokoh muda NU itu ialah kelompok Islam dengan Yahudi.
Untuk melakukan hal tersebut, maka mereka pun tak perlu pergi jauh sampai bertemu dengan Presiden Israel.
"Cari orang Yahudi di negara lain, enggak usah di Israel, kalau alasannya itu. Makanya kesimpulan saya antara lugu sama bodoh. Tapi kalau mau jadi pahlawan, dia begini jadinya, jadi konyol. Bukan cuma konyol, dia merugikan betul nama lembaga (NU)," tutur Yenny.
Alih-alih membawa pesan kebebasan Palestina atas Israel, menurut Yenny, mereka tak punya legesi apa pun untuk melakukan hal tersebut.
"Israel sudah tahu kok apa yang sedang terjadi. Bagaimana dunia menyikapi bahkan sampai ada dari IGC, makamah hukum internasional sampai membuat keputusan yang mengatakan bahwa Netanyahu itu kriminal," ujar Yenny.
Baca Juga: Heboh Pertemuan Tokoh NU-Presiden Israel, JK: Kenal Dua Pihak Kunci Perdamaian
"Artinya mereka sangat mengerti tekanan dari luar jauh lebih kuat lagi. Nah, ini apa yang bisa dilakukan oleh 5 aktivis muda yang lugu-lugu, enggak ngerti urusan," pungkasnya.