Suara.com - Keinginan Meki Fritz Nawipa untuk menjadi penerbang begitu besar. Bahkan, impian itu sudah ia tanamkan sedari dulu saat Meki kecil rajin menonton tayangan Superman.
Meki kecil saat itu bercita-cita kelak suatu saat dirinya bisa terbang layaknya superhero yang ada di film-film. Tentu cara terbang yang diinginkan berbeda, bila kebanyakan superhero termasuk Superman terbang karena memiliki kekuatan super, Meki kecil ingin terbang membawa pesawat agar bisa melayani rakyat Papua.
Meki mengatakan dirinya memang memiliki kegemaran menonton Superman, kendati menonton tayangan tersebut dalam gambar hitam putih dan bersama-sama di televisi yang ada di kampung halamannya.
"Jadi camat itu percayakan saya untuk yang kendalikan televisi itu. Jadi saya waktu nonton Superman itu, wah ini orang bisa terbang, bagus, saya terbang saja," kata Meki saat wawancara eksklusif bersama Suara.com, di Kantor Suara.com, Jakarta, Jumat (12/7/2024).
Pernyataan itu menjadi jawaban Meki atas pertanyaan mengenai kariernya sebagai pilot. Kekinian setelah 15 tahun menjalani profesi sebagai penerbang, Meki justru terjun ke dunia politik dan bergabung sebagai kader PDI Perjuangan.
Hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, tetapi tangan Tuhan memberikan kesempatan untuk Meki berbakti kepada rakyat dengan terpilih menjadi Bupati Paniai periode 2018-2023.
Kekinian pria kelahiran Enarotali, Kabupaten Paniai pada 1978 ini tengah berupaya melanjutkan karier politiknya dengan mengikuti Pilkada Papua Tengah 2024 yang bakal berlangsung pada November 2024.
Meki dikabarkan bakal menggandeng Deinas Geley untuk maju sebagai pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Papua Tengah. Sejauh ini, mereka sudah mengantongi dukungan resmi dari dua anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM), yakni PAN dan PBB, terbaru dukungan itu diberikan PPP. Meki mengatakan ke depan menyusul partai lain yang turut memberikan dukungan.
Jauh sebelum memutuskan maju calon gubernur, Meki sudah lebih dulu mengambil keputusan serupa saat dirinya harus memilih banting setir dari seorang pilot menjadi politisi. Keputusan itu diambil Meki saat hendak maju menjadi calon bupati di Kabupaten Paniai.
Baca Juga: Pro Kontra RUU Wantimpres: Djarot PDIP Desak Kaji Ulang Keberadaan DPA
Ia menceritakan mengapa akhirnya memutuskan alih profesi dari sebelumnya bekerja di kokpit, lalu ingin terjun ke lapangan bersama rakyat.
Mengantongi lebih dari 12.000 jam terbang, membuat Meki hampir melintasi langit di seluruh wilayah Indonesia. Terlebih kampung halamannya sendiri, yakni Papua.
Selama menjadi penerbang, hati Meki tergerak menginginkan untuk berkontribusi membangun Paniai.
Meki menginginkan adanya pembangunan lebih baik di Paniai, salah satunya perihal konektivitas. Meki melihat begitu susahnya konektivitas manusia dalam berkegiatan sehari-hari. Bahkan, anak kecil sampai harus menggunakan pesawat untuk bersekolah ke kampung seberang lantaran kampungnya tidak ada sarana pendidikan.
Kondisi tersebut tentu membuat miris. Belum lagi fasilitas kesehatan yang juga belum merata, membuat mereka yang sakit atau ibu mengandung harus bolak-balik menggunakan pesawat kecil hanya untuk berpindah dari distrik satu ke distrik lain.
"Jadi di situ lah saya cerita sama istri saya, kita coba maju jadi bupati, kita coba bangun buat sesuatu yang berbeda," kata Meki.
Pesawat memang menjadi transportasi utama di wilayah tersebut mengingat wilayah itu yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan.
Meki mencontohkan, bila perjalanan darat dari satu kampung ke kampung lain bisa memakan waktu hingga enam jam. Berbeda bila menggunakan pesawat yang hanya beberapa menit saja.
"Jadi orang Papua itu lahir langsung lihat pesawat. Tidak pernah lihat kapal, tidak pernah lihat mobil, orang kaya. Jadi kita termasuk orang kaya karena kita langsung naik pesawat langsung terbang," kelakar Meki.
Pencapaian Meki menjadi seorang pilot lewat pendidikan di sekolah tidak membuatnya lupa tanah air. Meki membuktikan kecintaannya terhadap tanah Papua dibuktikan saat dia menolak bekerja sebagai pilot di Australia.
Meki beralasan, penolakan bekerja di Australia lantaran ia lebih ingin menjadi pilot dengan menerbangkan pesawat di rute perintis di tanah kelahiran. Meki ingin menjadi contoh bagi anak-anak asli Papua bahwa mereka bisa menggapai mimpi, semisal Meki menjadi seorang penerbang.
"Ditawarin terbang di Australia tapi saya tidak mau karena saya mau waktu terbang di Papua anak-anak Papua bisa melihat saya dan mereka bisa menjadi penerbang, bisa membangun kepercayaan mereka dan terjadi," kata Meki.
Tujuan Meki itu tercapai. Ia bercerita bahwa sekarang banyak orang asli Papua yang menjadi kapten di maskapai.
"Jadi sekarang anak-anak Papua banyak yang kapten di airlines dan juga di Papua," ujarnya.
Ternyata Tidak Mudah
Unggul dengan perolehan suara mencapai 71 persen atas petahana di Pilkada Paniai 2018 membuat Meki yang berpasangan dengan Oktopianus Gobai dilantik menjadi bupati dan wakil bupati. Tetapi seiring berjalannya waktu menjadi orang nomor satu di Paniai, Meki baru merasakan gejolak.
Ia mengakui dunia penerbang dengan dunia politik jauh berbeda. Jika dunia aviasi penuh dengan perhitungan dan ilmu matematika yang pasti, dunia politik justru sebaliknya.
Menurutnya dunia politik begitu cair, hal ini yang membuat Meki belum terbiasa.
"Sebenarnya sih saya juga gimana ya, setelah dapat dari bupati agak sedikit menyesal kok gini ya dunianya," kata Meki.
Perasaan itu yang kemudian ia tuangkan kepada sang istri, Nurhaidah. Meki dilema atas keputusannya sendiri menjadi bupati.
"Saya sempat cerita sama istri saya kita mundur saja, kita hidupnya aman kok, ngapain kita ke sini kan gitu. Semua yang anda buat di mata orang yang tidak suka dengan anda itu pasti tidak baik, di dunia ini," kata Meki.
Tetapi seiring berjalannya waktu, Meki bisa beradaptasi. Ia berupaya menjalankan visi misi tentang apa yang selama ini ada di kepalanya mengenai pembangunan Paniai, saat masih menjadi penerbang. Meki berupaya untuk selalu hadir bagi masyarakat, selain tentu menjalankan pembangunan di Paniai.
Meki bahkan menganggap tidak ada beda antara bekerja sebagai pilot dengan bekerja sebagai bupati. Pasalnya menurut dia, kedua pekerjaan tersebut sama-sama bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
"Kalau menurut saya biasa-biasa saja, iya, tidak ada bedanya. Bedanya itu satu, waktu anda hadir pada saat rakyat menangis, waktu anda hadir pada saat orang gugur sekolah, dan anda sekolahkan mereka, dan waktu anda hadir pada saat mereka susah," tutur Meki.
Di luar itu, Meki berpandangan ada satu hal yang menjadi kelebihan seorang kepala daerah atau pemimpin, yakni mereka memiliki kewenangan menjadi penentu kebijakan. Tetapi kewenangan tersebut beriringan dengan besarnya amanah dan tanggung jawab.
"You make decisions, sudah itu sudah. Jadi anda membuat keputusan yang benar jadi benar, anda membuat keputusan yang salah jadi salah karena kewenangan sudah ada di anda," kata Meki.
Kini setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan di dunia politik, Meki memiliki jurus tersendiri untuk tetap bertahan.
"Kita harus setel hati kita, mindset-nya harus disetel. Jadi anda mereka biasa bilang ini abu-abu kita tidak pusing kalau Tuhan mau kasih, kasih sudah, kalau tidak ya tidak apa-apa. Sehingga kita tidak sakit hati itu makanya di politik perlu adanya suatu istilah itu," ujar Meki.
Nantikan wawancara eksklusif lengkap Suara.com bersama Meki Nawipa yang akan tayang pada Selasa (16/7/2024) pukul 13.00 WIB.